Ketika Mantan Pelaku Teror Bicara Tentang Terorisme dan ISIS

Ketika Mantan Pelaku Teror Bicara Tentang Terorisme dan ISIS

Idham Kholid - detikNews
Senin, 21 Sep 2015 16:10 WIB
Tasikmalaya - Pemerintah Indonesia terus mengupayakan langkah-langkah untuk mencegah paham-paham terorisme dan ISIS agar tak mempengaruhi warga. Salah satunya dengan menggelar diskusi dan deklarasi penolakan paham ISIS dan terorisme oleh berbagai elemen masyarakat.

Diskusi Deradikalisasi bertajuk dalam rangka menciptakan keamanan dan ketertiban Kota Tasikmalaya yang diprakarsai Pemkot Tasikmalaya itu dihelat di Hotel Mandalawangi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (21/9/2015). Seratusan warga dari berbagai elemen hadir dalam acara itu.

"Aksi-aksi teror yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku mujahid dan aksi teror tersebut mengaku mereka sebut jihad serta harta rampokan mereka diklaim Fai, adalah sebuah kekeliruan besar dalam memaknai arti jihad fiisabilillah yang sesungguhnya bila dilihat dari kacamata syari," kata salah satu narasumber bernama Jumu Tuani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumu Tuani merupakan Komandan Jihad Maluku dan Panglima Operasi Pusat Komando Jihad Maluku (PRJM) Tahun 1999-2000, Ketua Korban Kerusuhan Muslim Maluku Tahun 1999, dan narapidana yang terlibat dalam perbantuan terorisme.

Jumu menjelaskan bahwa terorisme dan ISIS merupakan bagian dari khawarij atau perbuatan menyimpang yang melawan pemerintah dan tidak sesuai syariat Islam. Salah satu ciri-cirinya adalah mudah mengkafirkan orang lain termasuk sesama muslim yang tak sepaham dengan mereka atas nama jihad.

"Sementara jihad memiliki karakteristik untuk perbaikan keadaan dengan tujuan utama meninggikan kalimat 'Laa Ilaha illallah' dan membela hak-hak umat islam yang terdzolimi oleh orang-orang non muslim dan terjadi di daerah perang," ujar Jumu yang saat ini masih tercatat sebagai penghuni Lapas Cianjur, Jawa Barat.

Selain menjabarkan panjang lebar-lebar, keleliruan-keleliruan dalam memaknai jihad juga dituliskan ke dalam sebuah brosur dan dibagikan kepada seluruh peserta yang hadir. Di dalam brosur itu, Jumu menjelaskan secara gamblang dan detil terkait dalil-dalil jihad baik yang bersumber dari Al-quran, hadis Nabi Muhammad SWA, dan kesepakatan ulama.

"Saya ingin, ada peserta yang mensosialisasikan hadis-hadis ini. Kita rapatkan barisan, untuk sosialisasikan ini, maupun NU, Muhammadiyah, mantan terosis, karena ini adalah tanggung jawab kita. Kalau kita tak sosialisasikan ini maka jangan heran republik ini jadi republik teroris," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Tasikmalaya, Deni Diyana yang juga menjadi narasumber mengatakan, kultur Islam Indonesia tidak memiliki akar radikal. Untuk itu, dia mengajak kepada masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.

"Bapak-bapak ibu diharapkan menjadi agen-agen pembaharu, lebih memahami pentingnya menjaga wawasan kesatuan ini," katanya.

Di akhir diskusi, perwakilan dari berbagai elemen masyarakat Tasikmalaya membubuhkan tanda tangan sebagai deklarasi penolakan paham ISIS dan Terorisme yang mencederai keutuhan bangsa.

(idh/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads