Kunjungi KBRI Beijing, Rombongan MPR Bahas Isu Tenaga Kerja China

Laporan dari Beijing

Kunjungi KBRI Beijing, Rombongan MPR Bahas Isu Tenaga Kerja China

Ayunda Windyastuti Savitri - detikNews
Kamis, 17 Sep 2015 14:47 WIB
Foto: Ayunda Widyastuti Savitri
Beijing - Rombongan MPR mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, China, hari ini. Dalam kesempatan itu, ada sejumlah isu yang dibahas dengan Dubes Indonesia untuk China Sugeng Rahardjo.

Salah satu isu hangat yang dibicarakan oleh MPR dan Sugeng mengenai kabar ekspansi jumlah tenaga kerja asal China yang masuk ke Indonesia. Delegasi MPR RI dipimpin oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan.

Ikut serta dalam rombongan muhibah MPR RI ini antara lain Wakil Ketua MPR Hidayat Nurwahid, Ketua Fraksi PDIP MPR Achmad Basarah, Ketua Fraksi Golkar MPR Rambe Kamarul Zaman, Ketua Fraksi PKS MPR TB Soenmandjaja, Ketua Fraksi Hanura MPR Sarifuddin Sudding dan Sekretaris Jenderal MPR Eddie Siregar serta Dirut Maspion Group Alim Markus.
Rombongan DPR di KBRI Beijing (Ayunda/detikcom)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 2020 kurang lebih ada 3 sasaran pedagang (China ke Indonesia) mencapai 20 juta dan diharapkan investasi China meningkat sampai 30 juta dan wisatawan China ke Indonesia sampai 10 juta orang," ujar Sugeng kepada rombongan MPR dalam diskusi di ruang rapat KBRI, Jl Dong Zhi Men Wai Da Jie No 4, Chaoyang District, Beijing, Kamis (17/9/2015).

Mendengar itu, Zulkifli pun menegaskan kalau masih adanya anggapan masyarakat yang keliru dalam mengartikan ekspansi besar-besaran tenaga kerja China hingga mencapai 10 juta orang ke Indonesia. Bahkan dia pun sempat mengklarifikasi langsung kepada Presiden Jokowi terkait jumlah tenaga kerja China ke Indonesia.

"Saya tanya ke Pak Presiden benar ada 10 juta tenaga kerja China masuk? Itu tidak betul kata Pak Presiden, yang betul ada kerjasama antar negara untuk mendatangkan 10 juta wisatawan. Isu itu perlu diklarifikasi. Terbukti tidak ada 10 juta, yang ada mendatangkan wisatawan," kata Zulkifli.

Soegeng mengatakan, pada tahun 2014 banyak wisatawan China berpelesiran ke sejumlah negara. Destinasi wisata utama mereka paling banyak ke Asia Timur, sementara ke Asia Tenggara termasuk Indonesia masih sedikit.

"Tahun 2014 itu wisatawan China mencapai 100 juta ke Taiwan, Korsel dan Jepang. Ke Thailand dan Malaysia hampir 2 juta orang. Sedangkan ke Indonesia hanya 200 ribu orang," terangnya.

"Mereka (pemerintah China) setuju mendorong wisatawan China masuk ke Indonesia, khususnya yang beragama muslim belajar moderat di Indonesia," sambung Sugeng.

Adapun menurut Sugeng, sejumlah kalangan masyarakat di China masih 'terluka' dan trauma dengan Tragedi 1998 yang banyak menewaskan warga negaranya. Sehingga butuh pendekatan interpesonal untuk merubah stigma yang selama ini masih melekat di sejumlah kalangan tersebut tentang pandangannya terhadap situasi Indonesia.

"Pandangan mereka terhadap peristiwa 98 masih terbayang apakah Indonesia benar-benar aman. Di grass root muncul trauma 98. Mereka anggap apakah Indonesia sudah berubah aman karena peristiwa 98 melukai seolah-olah korbannya masyarakat Tionghoa. Padahal menurut saya banyak pribumi yang jadi korban. Itu satu konflik politik yang terjadi. Jadi perlu pendekatan people to people," terang Sugeng.

"Sebagai negara maju pendekatan mereka tidak lagi pada ideologi, tapi bagaimana China bisa menciptakan stabilitas ekonomi. Para pimpinan Tiongkok sudah mengubah pola pikirnya dan tidak lagi mencurigai yang ada di Indonesia. Presiden Xi Jinping mengembangkan China kerjasama dengan seluruh negara," sambungnya.

Sugeng mengatakan saat ini ada sekitar 14 ribu mahasiswa Indonesia yang belajar di China. Menurutnya, hal ini didorong oleh biaya universitas yang cukup murah namun kualitas pendidikannya setara seperti universitas di Amerika Serikat dan Eropa.

Soal tukar budaya muslim, Hidayat Nur Wahid atau HNW juga mendorong agar pihak Kedubes dapat mengajak masyarakat China beragama Islam untuk belajar di Indonesia. Pendapat itu diamini oleh Zulkifli yang merasa Indonesia kaya akan budaya tetapi tetap bisa hidup berdampingan antar agamanya.

Terlebih kata Sugeng, ada sekitar 21 juta warga muslim China yang berada di negeri Tirai Bambu ini.

"Kita perjuangkan Indonesia bisa jadi model Islam yang moderat. Kalau ada teman-teman yang mau belajar islam moderat kirim saja ke Indonesia. Negara kita islam tapi bisa berdampingan dengan demokrasi. Ini bisa kita promosikan," kata politisi PAN tersebut antusias.

(aws/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads