Ali Wardhana dan Teori Satu Rupiah Satu Lalat

Ali Wardhana dan Teori Satu Rupiah Satu Lalat

Salmah Muslimah - detikNews
Selasa, 15 Sep 2015 16:34 WIB
Foto: Farhan Kamal
Jakarta - Begitu banyak kenangan yang ditinggalkan mantan Menteri Keuangan Ali Wardhana yang wafat pada Senin (14/9) kemarin. Kenangan berharga berupa nasihat dan kesan mendalam bagi keluarga, sahabat dan rekannya.

Ali Whardana ((Foto: Repro/ Buku Tribute to Ali Wardhana)


Salah satu nasihat itu adalah tentang pentingnya kerja keras untuk meraih sukses. Nasihat itu terdapat dalam sebuah cerita tentang "Satu Rupiah untuk Satu Lalat" yang dikisahkan oleh putri Ali Wardhana, Isyana Ika Wardhana, dalam buku berbahasa Inggris berjudul "A Tribute to Ali Wardhana, Indonesia's Longest Serving Finance Minister: From His Writing and His Colleagues" terbitan Kompas yang diluncurkan Juni 2015 dalam rangka HUT Ali ke 87.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada suatu pagi yang cerah di akhir pekan usai sarapan, ayah bertanya kepada saya dan adik saya apakah mau diberi uang untuk membeli snack dan permen. Pastinya tawaran itu sangat menarik bagi kami," kata Isyana dalam bahasa Inggris.

"Lalu ayah menjelaskan tawarannya,"OK, kalau kalian berdua bisa menangkap lalat, ayah akan memberikan 1 rupiah untuk satu lalat," ujarnya.

Saat itu tahun 1963, Isyana berumur 7 tahun dan adiknya 4 tahun. Mereka tinggal di Kompleks UI, Rawamangun, Jakarta Timur. Saat itu menurut Isyana tidak ada alat penangkap serangka yang dijual di toko seperti saat ini. Akhirnya mereka menggunakan sapu lidi untuk memukul lalat.

Ali Wardhana dan keluarga kecilnya ((Foto: Repro/ Buku Tribute to Ali Wardhana))


"Ingatan masa kecil itu mungkin lucu dan bodoh, tapi pada kenyataannya itu adalah sebuah refleksi, itu menunjukkan sebuah prinsip yang diajarkan kepada anak-anaknya yang membuat beliau bisa menjadi Menteri Keuangan terlama. Kami menyadari bahwa esensi pelajaran dari menangkap lalat adalah beliau ingin mengajarkan kepada kami bahwa dalam hidup harus bekerja keras untuk mencapai kesuksesan," katanya.

"Hingga hari ini prinsip bijak yang diajarkan Ayah itu kepada kami, khususnya saya sebagai anak tertua, adalah sebuah pelajaran yang
akan saya terapkan dalam hidup saya. Saya juga membagikan pengalaman ini kepada dua anak dan satu cucu saya. Mereka begitu kaget belajar "teori bertahan hidup tentang Satu Rupiah untuk Satu Lalat" tapi mereka juga belajar dari pelajaran itu," tambahnya.

Selain itu Isyana mengatakan, ayahnya adalah seorang pecinta musik keroncong dan wayang orang. Dia menularkan kecintaannya pada kebudayaan tari dari musik Jawa kepada anak dan cucunya.

"Itulah mengapa saya mengambil pelajaran menari Bali dan adik saya belajar tari Jawa. Kami berdua juga sangat suka menonton wayang orang di TV," kata Isyana.

Setelah tak lagi menjabat sebagai Menkeu, Ali Wardhana memilih untuk menghabiskan waktu besama anak cucu. Menurut Isyana, ayahnya hanya tersenyum saat mereka menggodanya karena memakai HP jadul yang hanya berfungsi untuk menelepon dan mengirim SMS dan harganya hanya Rp 400 ribu. Ali juga tak malu belajar dan bertanya kepada cucunya bagaimana mengoperasikan perangkat yang lebih maju seperti komputer.

Ali Wardhana dan keluarga besar (Foto: Farhan Kamal/detikcom)


"Tidak ada kata yang tepat untuk mengekspresikan bagaimana bangganya kami kepada ayah kami, Ali Wardhana. Kami menghargai beliau sebagai guru dan bagaimana beliau selalu memberikan kami dukungan, perhatian dan pendidikan terbaik. Kesuksesan kami hampir semuanya karena nasihatnya. Kami berutang padanya dan sangat berterima kasih karena telah membawa kami ke dunia ini dan membesarkan kami. Sekali lagi, tidak ada kata yang tepat untuk mengekspresikan cinta kami kepadanya. Di mata kami, Ali Wardhana adalah seseorang yang luar biasa dan ayah terbaik dari semua ayah yang ada," tutupnya.

dok Kemenkeu
(slm/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads