Ketua RW 01 Kelurahan Rambutan, Ciracas, Juli Karyadi, yang wilayahnya ikut terganggu dengan tumpukan sampah ini mengatakan awalnya sungai ini bersih. Sampah mulai terlihat saat air sungai mulai tercemar karena limbah pabrik.
"Awalnya dari limbah pabrik tekstil di daerah Ciracas, airnya mulai berbau dan berwarna. Selain itu juga ada limbah pabrik tahu dan tempe jadinya airnya bau. Setelah sungai tercemar, warga jadi nggak peduli dan akhirnya pada buang sampah ke sungai," ucap Juli kepada detikcom, Senin (14/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Juli mengatakan di pinggir-pinggir sungai dulunya terdapat empang. Namun empang itu kini sudah banyak dibangun rumah dan ada yang dijadikan lokasi Pembuangan Sampah Sementara (LPS). Sampah di empang semakin menumpuk karena warga terus membuang sampah hingga akhirnya sampah merambah hingga bantaran sungai dan membuat lebar sungai yang dulunya 10 meter kini tersisa hanya 5 meter.
"Empangnya sekarang jadi gunung sampah dan banyak dibangun rumah," ucap Juli.
Untungnya LPS di bantaran sungai itu sudah tidak digunakan sejak 3 tahun lalu karena lokasinya yang sudah penuh sampah. Pengurus RT setempat lalu memindahkan LPS itu ke lokasi yang jauh dari sungai dan berada dekat kantor RW 01 di depan Puskesmas.
"Di LPS yang baru ini kan depannya Puskesmas jadi kalau petugas ambil sampahnya telat banyak yang komplain. Jadi petugasnya setiap hari ambil sampahnya," katanya.
Kondisi ini semakin parah dan puncaknya saat musim hujan, perumahan yang ada di seberang sungai ini kebanjiran. Warga perumahan itu kemudian melaporkan hal ini ke Pemprov DKI melalui aplikasi QLUE milik pemprov.
"Mereka laporan ke QLUE di website Pemprov DKI dan akhirnya 2 hari ini ada pengerukan pakai backhoe," katanya.
Hari ini sampah di bantaran sungai juga masih menumpuk. Bahkan sampah itu menjadi pakan kambing warga.
Di atas tumpukan sampah itu terdapat kandang kambing berukuran 2,5 x 6 meter. Kambing-kambing itu terkadang dilepas dari kandang dan mencari makan di tumpukan sampah di bantaran sungai.
|