Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo menyoroti mengenai peredaran minuman tradisional Sofi di Maluku. Tak hanya persuasi kepada warga, Doni pun berusaha merangkul para produsen minuman berkadar alkohol lebih dari 30 persen itu.
Meski demikian, Doni mengakui usaha minuman hasil penyulingan pohon aren ini tak mudah untuk langsung dihentikan. Apalagi dengan Sofi ini, banyak penjual yang berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga sukses menjadi 'orang'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para jemaah salat jumat pun tertawa mendengar cerita Doni. Jenderal bintang 2 ini sadar bahwa Sofi memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat di Maluku, terutama di Ambon karena minuman ini sudah mendarah daging di tengah masyarakat.
Dalam upacara adat atau pesta-pesta, Sofi biasanya hadir. Meski ilegal, pemerintah daerah pun agak kesulitan mengaturnya karena Sofi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
Dengan keadaan seperti itu, Doni pun mengajak para pedagang Sofi untuk beralih usaha. Bukan berarti produksi aren ini ditinggalkan, namun pedagang diajak untuk beralih produk, misalnya dengan membuat gula aren.
"Makanya kita mau kasih pelatihan soal itu. Nanti kita ajak masyarakat bisa mendayagunakan aren dengan menghasilkan produk lain," kata Doni.
Pangdam Pattimura itu pun dalam kesempatan yang sama mengajak warga untuk menjaga kebersihan lingkungan mulai dari tempat tinggalnya masing-masing. Termasuk dengan membuang sampah pada tempatnya untuk menciptakan suasana yang bersih dan sehat.
"Perhatikan tumbuh-tumbuhan agar sumber mata air tidak menjadi kering. Kita sama-sama menjaga kebersihan laut agar kelestarian hidup terumbu karang dan ikan-ikan dapat berkembang biak karena laut kita sangat berpotensi untuk kehidupan manusia," imbau mantan Danjen Kopassus itu.
Kembali mengenai Sofi, warga sendiri sebenarnya menyadari bahwa minuman tersebut banyak menyebabkan terjadinya hal negatif. Bahkan seringkali minuman yang masuk dalam kategori minum keras golongan C ini bisa menjadi awal dari pertikaian.
"Kadang berantem-berantem itu pemuda gara-gara minum Sofi. Nanti akhirnya jadi konflik antar warga. Tapi ya mau bagaimana, di Ambon sini khasnya memang Sofi. Banyak juga dari orang luar yang datang ke sini cari itu," aku seorang warga Ambon, Simon Petrus.
Sebenarnya aparat kepolisian sudah sering menyita Sofi pada berbagai kesempatan namun tetap saja minuman ini digemari dan dikonsumsi masyarakat. Banyak lokasi, terutama di tengah hutan, yang memproduksi Sofi secara tradisional.
"Itu hasil penyulingan. Orang bilang Sofi itu bukan minuman keras karena hasil fermentasi Aren. Tapi tetap saja memabukkan," tutur Simon.
Pohon Aren yang merupakan bahan baku Sofi banyak diterdapat di Maluku sehingga memudahkan minuman ini dibuat. Harganya pun beraneka macam, ada yang dijual seharga Rp 25 ribu untuk ukuran botol mineral sedang.
Dilansir dari berbagai sumber, Sofi dibuat dengan bahan dasar dari air sadapan pohon Aren atau biasa disebut Sageru, lalu dibubuhkan bubuk akar Husor yang telah dihaluskan. Sofi ini adalah zat cair hasil dari uap air Sageru yang dimasak dalam tungku kedap udara yang kemudian lalu dialirkan ke dalam batang bambu.
Di tengah masyarakat Maluku memang diakui bahwa banyak penjual Sofi yang bisa membawa anaknya hingga bangku pendidikan tinggi, bahkan sampai pada strata doktoral. Itu sudah menjadi rahasia umum setempat.
"Karena yang beli banyak, sangat laku. Makanya penjual bisa kasih pergi anak-anaknya sekolah tinggi-tinggi. Ada juga jadi polisi, tentara sampai pejabat," tutup Simon. (elz/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini