"Satu sisi senang, satu sisi kasihan. Pada detik-detik terakhir (Icha) tidak merasakan hari wisudanya," ujar Hartono saat ditemui di kantornya kampus UNY Jl Colombo, Yogyakarta, Jumat (11/9/2015).
Hartono bercerita, panitia wisuda sebelumnya telah menyampaikan bahwa nanti ada seorang mahasiswi yang akan menerima ijazah di atas kursi rodanya. Icha saat itu sengaja dipanggil di urutan terakhir. Hal ini agar gadis yang dikenal periang itu bisa istirahat terlebih dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Katanya (keluarga), siapa tahu pas wisuda sadar dan ada memori wisuda untuk dia," tuturnya.
Namun ternyata Icha naik ke podium dalam keadaan tak sadar. Tak ada respons dari Icha saat Hartono menyerahkan ijazahnya.
Dua orang petugas dari UNY yang kemudian membantu tangan Icha menerima ijazah dari Hartono. Mata Icha terpejam, dan ijazah ditaruh dipangkuannya. Hartono juga tak sempat bertemu lagi dengan Icha saat itu karena keluarga langsung membawanya pulang ke Magelang.
Baca: Icha Meninggal usai Wisuda, Ortu Ikhlas: Dia Sudah Merengkuh Cita-citanya
Sebelumnya pihak kampus telah menyampaikan kepada keluarga bahwa prosesi wisuda tidak bersifat wajib. Namun berdasarkan keinginan Icha, keluarga akhirnya tetap mengantarnya untuk diwisuda.
Hartono memperoleh informasi dari beberapa dosen bahwa Icha merupakan anak yang cerdas, aktif berkegiatan, dan periang. "Dia aktif diajak penelitian dosennya juga," kata Hartono.
Rasa kehilangan masih menyelimuti, Hartono mengatakan bahwa Icha dikenal sebagai gadis yang baik dan berprestasi.
"Kami kehilangan anak yang baik, berprestasi, Icha lulus dengan predikat cumlaude," imbuhnya.
Icha meninggal beberapa jam usai wisuda di GOR UNY, Sabtu (28/8/2015). Dia dimakamkan di TPU desa kelahirannya, Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Magelang. Kisahnya mengharukan. Pihak kampus memajang foto dan tulisan tentang Icha di website resmi UNY.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini