"Itu tanah milik keluarga, ada dua perusahaan yang mengeksploitasi lokasi itu salah satunya milik saya sendiri yaitu CV Bukit Alam Hijau perizinan usaha pertambanganpun masih aktif. Jadi kemarin saya kedatangan pihak Dinas Pariwisata yang berniat menjadikan tempat itu sebagai lokasi wisata, jelas saya tolak," beber Farid, saat dihubungi detikcom, sekira pukul 21.00 WIB, Kamis (10/9/2015).
Farid bahkan membantah jika disebut air danau adalah mata air seperti yang dijelaskan Sudarmat, Kepala Desa Bojongharja, Kecamatan Cikembar. Menurut Farid air yang ada di danau adalah tampungan air hujan akumulasi dari musim penghujan sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Farid mengaku terganggu dengan banyaknya pengunjung yang datang ke areal tambangnya, karena sejumlah penambang yang masih aktif di sana tidak leluasa melakukan pekerjaannya. Bahkan dalam waktu dekat ini, dirinya akan memblokir akses masuk menuju lokasi itu.
"Kasian yang bekerja di sana, mereka waswas kalau terjadi kecelakaan di areal itu siapa yang akan bertanggung jawab. Sementara itu lokasinya di tanah pertambangan saya. Saya sadar kekuatan media sosial membuat lokasi itu jadi terkenal. Namun kami sebagai pemilik sah dari tambang itu merasa terganggu dengan informasi simpang siur yang tersebar belakangan ini, jadi demi kenyamanan bersama terpaksa itu akan kita tutup akses kesana," ujarnya.
Menurut Farid, lokasi itu adalah pertambangan Batuan Zeolit yang memang berwarna hijau. Turun temurun ia dan keluarganya mencari nafkah dari lokasi tersebut. "Ada yang sebut aluminium silica golongan C, hasilnya bisa untuk produk industri semen dan pertanian. Intinya kami keberatan jika lokasi pertambangan kami jadi ramai begitu seolah ada yang ingin menjadikannya sebagai lokasi wisata, padahal gak ada yang istimewa kok," tutupnya.
(imk/imk)