Kisah Kebaikan Yuli, Sang Guru Perawat Bayi

Kisah Kebaikan Yuli, Sang Guru Perawat Bayi

Baban Gandapurnama - detikNews
Rabu, 09 Sep 2015 18:49 WIB
Foto: Baban
Bandung - Tangis bayi di lantai dua rumah yang dihuni Endang Yuli Purwati memecah keheningan petang menjelang azan magrib berkumandang. Seorang pengasuh sigap meraih si mungil yang semula terlelap nyenyak di boks tempat tidur. Sesaat didekap, bayi lelaki tadi diam senyap sembari menyedot air susu dalam botol.

Awal Agustus 2015 lalu, Yuli merawatnya. Perempuan berusia 56 tahun ini mengungkapkan kisah pilu soal kehadiran sang bayi tersebut yang mulai diasuhnya sewaktu berusia lima hari. Bayi tersebut ditelantarkan orang tuanya.

"Ada bayi ditinggal orang tuanya di tempat paraji. Selain itu saya merawat bayi korban kekerasan dalam rumah tangga," tutur Yuli sewaktu ditemui di kediamannya, Komplek Kopo Permai I Blok M No.8, RT 2 RW 1, Kelurahan Sukamenak, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin 24 Agustus 2015.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Panggilan hati menggerakan Yuli untuk menolong dan menampung bayi-bayi bernasib kurang beruntung. Bagaikan air, Yuli mengalirkan kebaikan untuk bayi-bayi tersebut. 

Niat Merawat Bayi

Pada pertengahan 2001, kala itu Yuli berusia 43 tahun. Dia hamil anak keempat. Usia tersebut tentu memiliki risiko tinggi dalam menjalani proses persalinan. Apalagi Yuli memiliki histori pernah koma sewaktu melahirkan anak ketiga. Dokter menyarankan kepada Yuli agar menggugurkan kandungan anak keempatnya.

"Saya enggak mau aborsi. Benar saja, Allah punya rencana lain. Saya melahirkan bayi perempuan secara operasi caesar," ujar Yuli.

Anak kandung keempatnya ini bernama Salsabila Nur Karimani Rifai yang lahir di Bandung 10 November 2001 atau bertepatan Hari Pahlawan. Selama cuti tiga bulan itu dia menghabiskan waktu di rumah bersama Salsa. Rupanya Yuli sering melihat tayang berita kriminal di televisi tentang penemuan bayi, ada bayi dibuang dan ditinggal orang tuanya.

"Sempat izin ke suami (Badawi) soal keinginan mengasuk anak orang lain. Tapi suami belum mengizinkan karena meminta saya konsentrasi mengurus Salsa," ucap Yuli.

Ketika Salsa jatuh dari kasur, Yuli membawanya ke dukun anak (paraji) sekaligus tukang urut. Di tempat itulah Yuli mendapat tawaran dari si paraji untuk merawat seorang bayi yang ditinggalkan orang tuanya. Lagi-lagi niat Yuli belum dikabulkan sang suami. Waktu terus berputar, selama itu pula lima kali Yuli memperoleh informasi adanya bayi yang ditelantarkan, tapi suami tetap belum merespons.

Pada 2004, Salsa kembali diurut ke tempat paraji. Yuli pun menemukan 'jodoh' seorang bayi yang ditelantarkan ibunya di tempat paraji itu. Dia memperoleh kabar dari paraji kalau bayi pria ini dilahirkan dari rahim korban kejahatan seksual. Yuli langsung membawa bayi merah tersebut ke rumah.

Memang Badawi pada hari itu tengah membimbing jemaah haji ke tanah suci. Badawi bercerita saat melakukan tawaf, seorang ustaz memberikan tausyiah bahwa Allah berada di tengah-tengah kaum dhuafa. Badawi lalu memanjatkan doa yang intinya meminta agar dirinya bisa didekatkan dengan dhuafa. Singkatnya, ia menyetujui Yuli untuk merawat anak asuh.

"Dari bayi pertama yang saya asuh itulah kemudian hadir bayi lainnya," kata Yuli.

Ummi yang Baik Hati

Ummi, begitulah Yuli akrab disapa di lingkungan kediamannya. Istri dari Achmad Badawi Rifai ini menunjukan sejumlah figura berisi foto-foto bocah lelaki dan perempuan yang menempel rapi menghiasi dinding. "Ini semua anak asuh saya," ucapnya.

Bagian lainnya atau tepatnya di tembok tangga menuju lantai dua, terpampang foto-foto Yuli bersama suami dan empat anak kandungnya tengah berpose ceria dengan beberapa anak angkatnya. "Nah, itu kami foto bareng sambil menggunakan kostum biru tim Persib," ucap Yuli sambil tersenyum bangga.

Tersirat terang dalam foto-foto tersebut kalau keluarga Yuli berbaur akrab dengan anak-anak asuh yang tinggal satu rumah tergolong luas berlantai tiga ini. Suami mendukung penuh Yuli menyantuni dan mendidik anak terlantar. Bahkan anak kandungnya tidak pernah komplain.

"Anak-anak saya justru senang. Anak pertama malah sudah beberapa kali memberikan nama untuk bayi yang saya rawat," tuturnya.
Foto: Baban

Bukan pengalaman pertama bagi Yuli 'menampung' bayi-bayi tak berdosa. Sejak 2004, Yuli berprofesi sebagai guru ini gigih memberikan belaian kasih sayang kepada para bayi telantar. Kebaikan Yuli bagaikan air yang menyirami daratan tandus di alam kering.

Perjuangan ibu empat anak ini hanyalah bagian segelintir warga Indonesia yang bersemangat mengalirkan kebaikan dengan langkah serupa. Namun begitu, kisah inspiratif dilakoni Yuli patut diapresiasi. Boleh dikata, sangat jarang terdengar sosok guru di tengah kesibukannya mengajar tapi tetap mampu melindungi bayi-bayi malang. Yuli pun selama ini bersikap adil mengguratan perhatian serta sayang buat anak darah dagingnya sendiri dan anak angkatnya.

"Saya pengennya semua guru bisa memberikan hatinya untuk anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya," ujar Yuli.

Kurun waktu 2004 hingga 2015, tercatat sudah lebih dari 20 bayi yang merasakan pelukan hangat Yuli. Sekarang di tempat huniannya hanya ada enam anak dalam pengasuhannya. "Sepuluh anak (dirawat sejak bayi) yang beranjak remaja sekarang ikut pondok pesantren di sejumlah wilayah Indonesia. Beberapa anak saat berusia enam bulan, saya alih asuhkan ke keluarga lain yang tentunya selektif. Lalu ada tujuh anak yang kembali ke orang tua kandungnya," tutur Yuli.

Jauh sebelumnya, atau semasa Yuli meniti karier sebagai guru pada 1984, kegiatan sosial sudah digelutinya. Menapaki masa rumah tangga, Yuli tetap fokus mengasuh anak-anak usia sekolah. Periode tersebut Yuli menyekolahkan sebanyak 54 orang. Bahkan tak sedikit anak asuhnya kini sudah meraih kesuksesan. "Kalau periode pertama itu, saya asuh anak yang sudah gede. Mereka tak tinggal di rumah. Bedanya sekarang, saya mengasuh anak sejak usia bayi yang tinggal di rumah," ucapnya.
Halaman 2 dari 3
(bbn/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads