Sisi Religius Soekarno, Salat Sebelum Temui Presiden Amerika Serikat

Sisi Religius Soekarno

Sisi Religius Soekarno, Salat Sebelum Temui Presiden Amerika Serikat

Elvan Dany Sutrisno - detikNews
Rabu, 09 Sep 2015 14:22 WIB
Foto: Blog Roso Daras
Jakarta - Sosok Presiden RI pertama Soekarno begitu religius. Soekarno begitu khusyuk salat di tengah kunjungannya menemui Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower pada tahun 1956 silam.

"Bung Karno itu sangat religius orangnya," kata sejarawan yang banyak menulis buku tentang Bung Karno, Roso Daras, saat berbincang dengan detikcom, Rabu (9/9/2015).

Foto-foto saat Bung Karno salat di tengah kunjungan ke Amerika Serikat itu menyebar luas di kalangan Soekarnois. Roso Daras yang banyak menulis buku tentang Soekarno pun menulis singkat tentang perjalanan Bung Karno itu dalam blognya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bung Karno berkunjung Amerika Serikat pada tahun 1956 silam dalam rangka bertemu Presiden Dwight Eisenhower. Sebelum mengunjungi Presiden AS, Bung Karno salat berjamaah dengan para pengawalnya.

Bung Karno yang mengenakan peci hitam dan setelan khasnya itu mengambil posisi sejajar dengan pengawalnya. Usai salat berjamaah, Bung Karno tak langsung beranjak dari masjid. Dia berdoa sejenak, kemudian bangkit berdiri lagi melaksanakan salat sunah dua rakaat.

"Sangat khusyuk. Kalau Bung Karno adalah seorang ustadz atau kiai mungkin beliau akan melahirkan aliran baru karena kedalaman religi beliau bukan main," kata Roso.

Selama salat Bung Karno didampingi Roeslan Abdulgani. "Roeslan adalah diplomat muda, pahlawan November 1945 di Surabaya. Ia kemudian diangkat menjadi Menteri Luar Negeri, dan termasuk tokoh di balik Konferensi Asia Afrika Bandung yang bersejarah itu. Roeslan Abdulgani wafat 29 Juni 2005 dalam usia 91 tahun," katanya.

Setelah salat Bung Karno sempat bersantai di tangga masjid sambil mengenakan sepatu. Bung Karno kemudian melanjutkan kunjungannya bertemu Presiden Dwight Eisenhower untuk membahas kerja sama bilateral.

Kunjungan Bung Karno ke AS kali ini merupakan kunjungan yang sangat penting terkait politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif. Karena sikap non-blok Indonesia inilah kemudian Amerika Serikat sempat menjaga jarak dengan Indonesia.

"Tak ayal, suasana pembicaraan resmi Bung Karno dengan Presiden Eisenhower pun menjadi tidak produktif. Sebab, landasan pembicaraan keduanya memang bukan landasan yang mulus atas dasar kesamaan sikap, kesamaan blok," kata Roso yang mengulas kunjungan Bung Karno ke Amerika itu di laman blognya.

Pertemuan itu pun kemudian tidak membahas hal strategis apa pun. Bung Karno justru mengajak Presiden AS itu diskusi soal film kegemaran masing-masing. Namun Bung Karno punya pesan untuk Presiden Eisenhower.

"Sebagai sahabat yang bijaksana dan lebih tua, Amerika memberi kami nasihat, itu bisa. Akan tetapi mencampuri persoalan kami, jangan. Kami telah menyaksikan Kapitalisme dan Demokrasi Barat pada orang Belanda. Kami tidak mempunyai keinginan untuk memakai sistem itu. Kami akan menumbuhkan suatu cara baru yang hanya cocok dengan kepribadian kami. Ia bukanlah barang yang bisa diekspor keluar, tetapi sebaliknya kami tidak terma barang impor berupa ajaran-ajaran yang mengikat," demikian pesan Bung Karno.

(van/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads