"Kami prihatin, anggota kami para driver ditangkap dengan cara kurang berwibawa. Seperti teroris saja. Hanphone langsung disita, bahkan ada yang handphonenya rusak," kata Sekretaris Umum Koperasi Jasa Trans Usaha Bersama (UB), Agung Ismawanto di Terminal Mobil Barang Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Jumat (4/9/2015).
Agung menegaskan pihaknya yang menaungi para driver meminta tim gabungan yang melakukan operasi untuk lebih bersahabat. Menurutnya, tak perlu dengan cara berlebihan yang membuat para driver shock.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ini bukan taksi. Itu yang perlu diluruskan. Kami menggunakan kerjasama jasa aplikasi Grab Car dan Uber. Itu bukan taksi. Penumpang kami juga resmi punya layanan. Bukan jegat di pinggir jalan. Tolong dilihat ini," sebutnya.
Terkait sikap kasar tim gabungan dalam operasi, pihaknya berencana mengadukan hal ini kepada Komnas HAM. Selain itu, ada rencana melaporkan kepada pihak Propam Polri.
"Kami sudah lapor Komnas HAM. Kami akan lapor lagi. Terus nanti ke provost, karena ini enggak benar caranya. Anggota (driver) kami enggak salah," tuturnya.
Sementara, salah seorang driver Grab Car, Darso mengaku shock dengan cara petugas tim gabungan saat beroperasi, pagi tadi. Dia mengatakan terjebak tim gabungan di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Bila memang ada kesalahan, semestinya, kata dia, dilakukan dengan cara baik-baik.
"Saya ini orang baik. Bukan maling. Cari duit buat keluarga. Masa diperlakukan kayak begitu. Dijebak saya juga nggak tahu bahasanya apa. Aduh, tolong deh," tutur Darso di Terminal Mobil Barang, Pulogebang, Jakarta Timur.
Hal senada dikatakan driver dengan aplikasi Uber, Anton. Dia menganggap cara kerja penangkapan polisi berlebihan.
Menurutnya, dalam setiap operasi harus ada prosedurnya.
"Kan bisa bilang selamat pagi, mohon maaf. Jadi, enggak langsung tangkap, ambil handphone. Wah, kaya penjahat besar saya ini sepertinya," tuturnya dengan melas. (hty/mad)











































