Berawal dari hal ini, dua orang siswa SMAN 1 Bantul Ali Surojaya dan Alfian Gilang Gumelar mencoba mengembangkan sistem thermografi untuk melihat di daerah berkabut. Penelitian mereka menjadi salah satu finalis dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-47 bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
"Ide awalnya saat saya naik mobil waktu hujan pandangan jadi terbatas karena tertutup kabut asap. Dari situ saya berpikir bagaimana caranya agar penglihatan kita tidak terhambat kabut," kata Ali saat berbincang dengan detikcom, Jumat (4/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Dokumen pribadi |
"Kamera ini menangkap infra merah dari sebuah benda, dan kabut tidak memancarkan inframerah sehingga tidak akan terbaca dengan sistem ini. Gambar yang ditampilkan hanya benda yang ada di depan berupa gambar warna-warni seperti merah, kuning, hijau," jelas Ali.
|
Sistem ini juga bisa diterapkan dalam keadaan gelap dan terang. Penelitian yang dilakukan sejak Maret 2015 itu menghabiskan biaya sekitar Rp 900 ribu dan masih akan terus dikembangkan lagi.
"Ini mau coba untuk dibuatkan dalam bentuk kacamata biar lebih praktis," kata Ali.
Saat pameran LIPI (Foto: Dokumentasi pribadi) |












































Foto: Dokumen pribadi
Gambar hasil simulasi di kondisi berasap: Orang dan mobil di samping tidak tertutup asap (dokumen pribadi)
Saat pameran LIPI (Foto: Dokumentasi pribadi)