Kenangan dan Harapan Warga Jemah, Desa Pertama yang Digenangi Air Jatigede

Kenangan dan Harapan Warga Jemah, Desa Pertama yang Digenangi Air Jatigede

Baban Gandapurnama - detikNews
Senin, 31 Agu 2015 14:23 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Sumedang - Denyut aktivitas warga di Desa Jemah berangsur mati. Dua pekan ke depan perkampungan di lokasi tersebut tenggelam oleh air Waduk Jatigede. Seabreg kenangan manis dirasakan penduduk setempat yang bermukim selama puluhan tahun.

Desa Jemah berada di Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ini merupakan salah satu desa terdampak genangan Bendungan Jatigede. Kawasan ini yang paling pertama digenangi berkubik-kubik tumpahan air Jatigede sebelum limpas ke desa di kecamatan lainnya yang masik zona genangan.

Proses penggenangan Waduk Jatigede dimulai 31 Agustus 2015. Jauh hari sebelumnya secara bergelombang warga Jemah yang mendapatkan uang ganti rugi pemerintah meninggalkan rumahnya ke hunian baru. Segelintir warga belum mengantongi kompensasi terpaksa harus mengosongkan tampat tinggalnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Desa ini awalnya adem dan asri. Kami di sini hidup tenang," ujar Wasmah (60), salah warga Desa Jemah, kepada detikcom di lokasi rumahnya yang lagi dibongkar, Senin (31/8/2015).

Nampak rumah-rumah yang mayoritas semi permanen milik warga setempat sudah rata dengan tanah. Hanya tersisa sedikit rumah yang masih proses pembongkaran.
Kondisi rumah di Desa Jemah (Foto: Baban Gandapurnama/detikcom)
"Sekarang saya pindah ke daerah Ujung Jaya di Kadipaten. Saya sedih pidah dari desa ini. Padahal lagi betah-betahnya. Tapi ya harus bagaimana lagi," ujar Wasmah sambil jongkok di dekat tumpukan genting.

Wasmah lahir dan besar di Desa Jemah. Sewaktu masa tuanya, dia masih mampu menggarap sawah agar urusan dapur rumah tangga terpenuhi. "Sekarang bingung. Kalau waktu ada sawah kan bisa penen padi, jadi enggak perlu beli beras," ucap Wasmah yang mengaku sudah mendapatkan uang ganti rugi sebesarΒ  Rp 29 juta.

Senada diungkapkan warga Desa Jemah lainnya Wahyar Mahyar (56). Banyak kisah tak terlupakan yang ada dalam benaknya sepanjang menghirup udara pegunungan di desa tersebut. "Saya asli dari Desa Sukareksa. Dapat istri orang sini (Desa Jemah)," kata Wahyar membuka obrolan.

Wahyar dan keluarganya mendukung penuh program pemerintah berkaitan Waduk Jatigede. Dia menjelaskan, mayoritas penduduk Desa Jemah bekerja sebagai petani.

"Suasana Desa Jemah ini sangat aman. Tempatnya dulu begitu rimbun. Sekarang hutan gersang karena pohon-pohon dipotong untuk persiapan penggenangan Jatigede," ujarnya.

Akses jalan menuju Desa Jemah perlu ekstra hati-hati jika membawa sepeda motor dan mobil. Kondisi jalan berupa bebatuan yang konturnya menanjak dan menurun. Desa ini berjarak sangat dekat dengan dinding Waduk Saguling, namun jauh ke pusat kota Sumedang.

"Warga di sini sebenarnya enggak kekurangan secara ekonomi. Beras melimpah. Jadi enggak harus beli beras ke pasar. Tetapi cerita itu tinggal kenangan. Kami harus mengawali kehidupan baru lagi di desa lain. Kini saya dan keluarga pindah ke Desa Cisitu," tutur Wahyar lirih sambil sibuk mengangkut sepeda motor dan kursi ke mobil bak terbuka.

Untuk menenggelamkan Desa Jemah dibutuhkan waktu 18 hari. Sementara, untuk menenggelamkan 27 desa lain di Kecamatan Darmaraja, Wado, Jatigede, dan Jatinunggal, dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan. (bbn/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads