Para ilmuwan itu dipukul, dibakar dan disetrum. Salah satu dari mereka mati.
Pihak Jepang kemudian membebaskan para ilmuwan yang selamat dari siksaan itu kecuali dr Achmad Mochtar. Nasibnya kemudian berakhir tragis, dia dipancung Jepang pada 3 Juli 1945. Tak cukup dipancung, jasadnya dihancurkan dengan mesin gilas uap dan dibuang ke liang kuburan massal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Temuan fakta itu membuat pilu. Baird menemukan bahwa dr Achmad Mochtar telah membuat negosiasi dengan Jepang. Achmad Mochtar bersedia menerima untuk disalahkan terkait tuduhan sabotase vaksin, asal, rekan-rekan ilmuwannya dibebaskan.
"Achmad Mochtar tidak hanya seorang pahlawan di Indonesia namun juga pahlawan bagi sains dan kemanusiaan. Dia kehilangan segalanya, termasuk istrinya di rumah. Kemudian mengorbankan hidupnya untuk stafnya, koleganya dan teman-temannya," demikian kata Baird seperti dilansir The Observer, edisi Minggu 25 Juli 2010.
![]() |
Salah satu ilmuwan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Sjamshidajat Ronokusumo dalam The Observer berujar, "Dia telah gugur sebagai martir, melindungi bawahannya".
Butuh waktu 65 tahun, sejak kematiannya, untuk mengungkap penyebab kematian dr Achmad Mochtar itu. Kini, pada tahun 2015, tepat 70 tahun dr Achmad Mochtar gugur, proses pencarian kebenaran itu oleh 2 ilmuwan, Prof J Kevin Baird dan Prof Sangkot Marzuki diabadikan dalam buku "War Crimes in Japan-Occupied Indonesia: A Case of Murder by Medicine".
Bagaimana Prof Sangkot dan Prof Baird menelisik fakta kematian dan membukukan kisah pilu dr Achmad Mochtar? Ikuti terus kisahnya.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini