Lima anggota AIPI tersebut yakni Prof Sangkot Marzuki, Prof Indrawati Gandjar, dan Prof Umar Anggara Jenie yang meraih penghargaan di bidang ilmu pengetahuan. Kemudian, serta Prof Edi Setyawati dan Prof Taufik Abdullah meraih penghargaan di bidang kebudayaan.
"Penghargaan ini bukan diberikan karena satu tindakan yang dilakukan para tokoh ini, melainkan karena rentetan aktivitas dan komitmen tiada henti yang diberikan untuk Indonesia," ujar Menteri Anies yang juga Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO dalam siaran pers yang diterima, Kamis (27/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para tokoh tersebut terbilang telah senior, bahkan ada yang berusia lebih dari 90 tahun. Hal itu membuktikan bahwa pengabdian kepada Indonesia dapat terus dilakukan tanpa memandang usia, maka penghargaan ini merupakan penghargaan atas pengabdian seumur hidup.
"Para tokoh ini melampaui hitungan waktu dalam mengabdi," katanya menambahkan.
Penghargaan yang diberikan dalam rangka peringatan 70 tahun kemerdekaan Indonesia dan 70 tahun berdirinya UNESCO ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi dan proyeksi bagi perjalanan Indonesia menuju negara yang tangguh, sejahtera, berdaulat, dan berjaya di kancah internasional.
Sementara itu, Ketua Harian Komisi Nasional untuk UNESCO Prof. Arief Rachman berharap kesungguhan dan ketulusan para tokoh ini dalam memajukan Indonesia dapat diteladani dan ditularkan kepada generasi selanjutnya. Para tokoh-tokoh tersebut, telah membantu Indonesia diperhitungkan di kancah dunia internasional di bidang pendidikan, sains, kebudayaan, dan komunikasi. Hal ini dibuktikan dengan penetapan sejumlah warisan dunia baik dalam kategori warisan alam, budaya, dan warisan budaya tak benda, serta terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah berbagai kegiatan UNESCO, dan diakuinya tiga karya literatur, yaitu I La Galigo, Negarakertagama, dan Babad Diponegoro sebagai warisan ingatan dunia. (tfn/dha)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini