Arya mengatakan niatnya mengikuti ajang tersebut karena diri sendiri dan dorongan dari teman serta seniornya di Purna Paskibraka. Arya merupakan Purna Paskibraka Nasional angkatan 1993.
"Tahun 2000 ikut pemilihan Abang Jakarta karena kemauan sendiri dan juga ada senior saya di Paskibraka provinsi pemenang Abang tahun 1999 namanya Erlangga Seto. Ada juga yang ikut Abang None di tahun 1992," ucap Arya saat berbincang dengan detikcom, Rabu (26/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Arya latihan dan ilmu yang didapat di Paskibraka bisa menjadi bekal dan modal dasar yang baik untuk menjalani hidup. Di Paskibraka dia dilatih disiplin, tanggung jawab, kuat mental dan tidak individualis.
"Paskibraka hanya memberi bekal, balik lagi ke individunya.Β Dengan modal dasar itu kita berjuang lagi," ucapnya.
Arya bercerita saat dia terpilih menjadi anggota Paskibraka Nasional untuk mengibarkan bendera di depan Presiden Soeharto. Saat itu proses seleksinya begitu ketat. Seleksi pertama di sekolah-sekolah yang ada di Jakarta Utara, di mana Arya ditunjuk lansung oleh sekolahnya SMA 72 untuk mewakili Jakarta Utara di tahap seleksi DKI.
"Di DKI diambil 12 pasang. Saya salah satunya yang terpilih," ucap Arya.
![]() Foto: Koleksi Faried Abdul Khakim |
Dari 12 pasang itu dipilih lagi menjadi 1 pasang untuk mewakili Provinsi DKI Jakarta. Dengan usaha keras akhirnya Arya terpilih menjadi Paskibraka Nasional.
"Latihan lari 12 putaran GBK saat persiapan ke provinsi. Pukul 5 pagi harus sampai sana, bukan hanya fisik tapi juga melatih mental dan berusaha memberikan yang terbaik. Ada yang nggak kuat dan mundur, pokoknya dinamikanya banyak," kenang Arya.
Saat terpilih mewakili provinsi, tahap yang dilalui juga ketat. Para anggota harus melewati proses wawancara dari Garnisun, Kemendikbud dan tim purna Paskibraka. Selain itu juga ada tes psikologi.
"Yang menarik dari Paskibraka itu dari wilayah sampai nasional itu mendidik kita dari individual menjadi orang tim. Anak SMA kan individualnya itu tinggi, jadi dulu diajarkan kita rasa kebersamaan dan punya tanggung jawab terhadap kawan," ujar Arya.
Begitu juga saat karantina untuk persiapan pengibaran berdera pusaka di Istana 17 Agustus 1993. Banyak hal berkesan yang masih diingat Arya, salah satunya saat semua anggota pasukan dihukum karena insiden helikopter lewat.
"Pernah dihukum satu pasukan gara-gara ada helikoter lewat, mereka yang belum pernah lihat helikopter terkagum-kagum sampai nggak perhatiin omongan pelatih. Akhirnya kami semua dihukum push up, jalan jongkok tapi jalanin hukuman senang-senang saja," kata yang saat karantina harus bangun pukul 04.00 WIB dan selesai aktivitas pukul 22.00 WIB.
|
Arya Wishnuardi kini sibuk menyelesaikan kuliah S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB). Dia juga menjadi pengusaha.
"Sekarang saya sedang mendalami Ilmu Lingkungan di Pascasarjana IPB, insya Allah segera rampung. Di Jawa Timur saya ada program pembinaan komunitas dan potensi ekonomi lewat budidaya dan aktivitas wisata budaya," tutupnya.
|