Yanuar bersama dengan tim Paskibraka 2004 yang bernama kelompok Pertiwi itu dikirim ke Australia untuk memperkenalkan budaya Indonesia. Mereka juga berkesempatan untuk mengibarkan bendera Merah Puith di Narrabundah College, Canberra. Mereka berangkat tahun 2004 lalu usai menjalankan tugas upacara bendera di Istana Merdeka.
"Angkatan kita waktu itu dikirim ke Australia, Canbera untuk misi kebudayaan di sana. Nggak cuma itu, kami juga mengibarkan bendera Merah Putih di Narrabundah College. Hal itu menumbuhkan rasa nasionaslis sebaga bangsa Indonesia. Saya menetes air mata karena dapat mengibarkan bendera Merah Putih di negeri orang," kata Yanuar saat berbincang dengan detikcom, Rabu (26/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Perasaan dan pengalaman 11 tahun lalu itu masih terus dikenangnya hingga kini. Bahkan Yanuar yang berpangkat Iptu dan menjabat Kanit Krimsus di Polres Kabupaten Bekasi ini merasa bersyukur dulu bisa terpilih sebagai anggota Paskibraka Nasional dan bisa menjadi petugas upacara peringatan Detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka.
Kisah Yanuar terpilih menjadi Paskibraka cukup panjang dan penuh perjuangan. Yanuar merupakan anak pasangan Budaryanto dan Atik Setyati. Sejak kecil ia memang bercita-cita ingin menjadi Paskibraka Istana.
"Saya salah satu Paskibraka nasional dari Jawa Tengah. Kebetulan dari SMP aktif organisasi. Orang tua saya pekerjaannya guru, kami berasal dari keluarga sederhana. Dari situ timbul cita-cita saya ingin jadi paskibraka," ujar Yanuar.
"Proses seleksinya panjang, terlebih ada ribuan orang yang ikut. Waktu tahap akhir saya sempat minder dengan peserta paskibraka asal SMA Taruna Nusantara, karena secara fisik mereka lebih oke. Sampai akhirnya pas pengumuman nama sayang yang disebut," lanjut Akpol 2009 Batalyon Ananta Hira ini.
Dia tak menyangka, seorang anakΒ guru SD bisa lolos sebagai bagian Paskibraka di Istana Presiden. Masih dengan persaan tak percaya usai membaca pengumuman Yanuar pulang ke rumah untuk memberitahu ibunya.
"Orang tua nangis begitu saya cerita terpilih sebagai anggota Paskibraka di Istana, karena selama proses seleksi tidak hanya menyiapkan fisik, tapi orang tua di rumah selalu tahajud dan puasa untuk saya," katanya terharu.
Usai mendapat restu dari kedua orangtuanya, Yanuar berangkat ke Cibubur, untuk proses karantina. Selama satu bulan Yanuar bersama angkatan Paskibraka Pertiwi dan berusaha memberikan yang terbaik.
![]() |
"Selama pelatihan saya berlatih keras tidak mau kalah. Saat itu saya punya ambisi untuk memegang jabatan, usaha menampilkan yang terbaik hingga akhirnya saya terpilih sebagai Danpok 8 Paskibraka Pertiwi," paparnya.
Sebagai Danpok 8 Paskibraka Pertiwi, Yanuar mendapat tugas sebagai penarik bendera shift sore. Rasa grogi tentu menyelimuti dirinya karena tanggal 17 Agustus 2004 ada jutaan pasang mata yang melihat dan disaksikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dan juga tamu negara serta rakyat Indonesia.
"Grogi pasti ada, karena kita jadi pusat perhatian masyarakat Indonesia, akan tetapi kita sudah dilatih dengan baik. Intinya selama satu bulan digembleng setiap hari," ujarnya.
Selepas menunaikan tugas penurunan bendera di Istana Presiden. Ia bersama tim Paskibraka Pertiwi dikirim ke Australia untuk menjadi menjadi duta kebudayaan dan mengibarkan Merah Putih di sana.
Pengalaman digembleng di Paskibraka menjadikan Yanuar disiplin dan kuat mental. Menurutnya materi Paskibraka tak hanya sekedar baris berbaris, tetapi pelatihan kepemipinan, sejarah bendera Merah Putih dan sebagainya.
Pelatihan yang diterima di Paskibraka berpengaruh terhadap kerja dan kepribadiannya. Kariernya pun moncer di Kepolisian.
"Dahulu saya keinginan untuk kuliah, tapi menjadi Paskibraka menumbuhkan jiwa nasionalis kepada Tanah Air. Meski keluarga tidak ada background sebagai polisi atau TNI saya mencoba daftar Akpol," tuturnya.
"Lulus Akpol angkatan 2009, Alhamdulillah karir saya sangat bagus. Satu hal yang membanggakan, saya berhasil menjadi contoh, sekarang adik saya masuk Akmil, kami sekeluarga tidak menyangka karena tidak ada background TNI atau Polri," tambahnya.
Satu pelajaran yang didapatnya sebagai purna Paskibraka 2004 adalah pahlawan telah berjuang mengorbankan harta, jiwa dan raga. Bangsa Indonesia harus menghargai perjuangan itu dan berbuat sesuatu yang bisa mengharumkan negara.
"Sebagai penerus kita harus bisa mengabdi terhadap negara dan bekerja dengan hati tulus," tutupnya.
![]() |
Anda pernah berpengalaman menjadi Paskibraka? Silakan berbagi cerita ke redaksi@detik.com. Jangan lupa sertakan kontak dan foto saat menjadi pengibar bendera. (edo/slm)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini