Jalan Panjang Gus Dur Mendapatkan Cinta dari Sinta Nuriyah

Menyapa Bapak dan Ibu Bangsa

Jalan Panjang Gus Dur Mendapatkan Cinta dari Sinta Nuriyah

Salmah Muslimah - detikNews
Rabu, 19 Agu 2015 15:48 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Kisah cinta Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ternyata penuh lika-liku. Perlu perjuangan dan penantian panjang hingga akhirnya cinta Gus Dur diterima sang pujaan hati Sinta Nuriyah.

Romantisme jalinan cinta ini berawal dari sebuah pesantren di Jombang tempat Sinta Nuriyah menimba ilmu. Gus Dur di sana bekerja sebagai guru. Di usia yang masih muda, Sinta dilamar Gus Dur.

"Bapak itu kan guru saya di pesantren, saya masih kecil umur 13 tahun, masa masih kecil sudah ditaksir, Bapak umur 21. Otomatis saya nggak mau," kata Sinta memulai ceritanya kepada detikcom di rumahnya di Jalan Warungsila No 1 Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (14/8/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gus Dur ingin segera meminang Sinta karena dia akan pergi lama ke Mesir untuk melanjutkan studinya. Gus Dur melakukan pendekatan intensif, hampir setiap hari dia main ke rumah Sinta untuk main catur bersama ayah Sinta.

"Main catur sama ayah saya dalam rangka PDKT (pendekatan). Pada saat-saat yang memungkinkan (Gus Dur) meminta ke saya tapi tidak langsung. Dari ayah saya, ke ibu saya, nenek saya, baru ke saya, jadi terminalnya banyak, karena terminalnya jauh saya katakan tidak mau, berapa kali nggak mau," kisahnya perempuan kelahiran Jombang 8 Maret 1948 ini sambil tersenyum.



Sering mendapat penolakan dari Sinta, mungkin membuat Gus Dur putus asa sedangkan dia harus segera berangkat ke Mesir. Sebelum berangkat, seorang teman mengantar surat Gus Dur untuk Sinta yang isinya apakah Sinta bersedia menjadi istrinya. Si pengantar surat menunggu jawaban Sinta. Sinta kala itu sudah berumur 14 tahun.

"Di rumah kebetulan nggak ada siapa siapa, pada pergi. Bingung apa jawabannya, mau jawab tidak, takut wong saya muridnya. Jawab iya, tapi belum mau, jadi bingung. Tapi saya biasa sejak kecil suka baca cerita, komik apa saja, saya akhirnya menjawab surat bahwa jodoh, hidup dan mati itu ada di tangan Tuhan, kalau kita berjodoh, meski berjauhan pun kita bisa bertemu, tapi kalau tidak berjodoh, meski dekat juga tidak akan bertemu. Jadi jawabannya ngambang, iya atau nggak sih," ucapnya sambil tertawa.

Dengan jawaban ngambang itu akhirnya Gus Dur pergi ke Mesir. Di sana kuliah Gus Dur berantakan karena dia terlalu sibuk berorganisasi. Sinta juga menyebut mata pelajaran di sana tidak cocok dengan Gus Dur dan akhirnya 2 tahun itu Gus Dur tak selesai kuliah. Gus Dur lalu pindah ke Irak.

Selama di Mesir itu Gus Dur dan Sinta saling mengirim surat. Kegiatan itu berlanjut hingga Gus Dur kuliah di Irak. Lama-lama surat-surat yang dikirim Gus Dur itu akhirnya meluluhkan hati Sinta.

"Kalau jodoh itu memang ada jalannya. Tiba-tiba tergerak hati saya, masa orang hidup harus gagal dalam segalanya, kalau gagal dalam kuliah, mestinya tidak gagal dalam lainnya, termasuk cintanya," ucap Sinta.

Dalam surat balasan yang dikirim Sinta ada satu kalimat yang membuat Gus Dur sumringah dan senang bukan kepalang. Surat itu berisi ungkapan cinta Sinta pada Gus Dur.

"Selama Bapak di luar negeri, Bapak kan sering tulis surat, tapi syaratnya surat ditulis tangan dan pakai bahasa Jawa. Saya menuliskan dalam Bahasa Jawa artinya itu "Anda sudah berhasil menumbuhkan benih cinta di hati saya". Begitu dapat surat itu tidak berapa lama orang tuanya melamar," ucap Sinta.

Akhirnya pada 11 Juli 1968 pernikahan keduanya dilangsungkan. Gus Dur yang saat itu masih berada di Irak meminta agar diwakilkan oleh kakeknya Kiai Bisri Syansuri yang berusia 68 tahun.

"Setelah nikah 3 tahun kemudian baru ketemu. Nggak ada bulan madu," katanya.

Pernikahan Gus Dur dan Sinta dianugerahi empat putri. Mereka adalah Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh, Anita Hayatunnufus dan Inayah Wulandari.

Gus Dur yang lahir 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur itu menghembuskan nafas terakhir karena penyakit komplikasi di Ciganjur 30 Desember 2009 di usia 69 tahun.


(slm/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads