Menjadi seorang pramugari adalah cita-cita Dita sejak kecil. Usai menamatkan sekolah menengah atas, cita-cita yang sudah dia tanam sejak dulu terwujud, dia langsung bergabung dengan Trigana Air. "Kita bangga Dita menjadi pramugari," kata paman korban, Redami, saat berbincang dengan detikcom di kediamannya, di Kampung Beting, Jalan Angsana I, Koja, Jakarta Utara, Rabu (19/8/2015).
Sembari meneteskan air mata, Redami bercerita keseharian keponakannya itu. Termasuk pergaulan Dita di media sosial. Menurutnya, selama tiga tahun bekerja di Trigana, Keponakannya itu benar-benar menjaga privasinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Facebook, kata Ridam, Dita terlihat aktif terakhir kali sebelum dirinya terbang ke Papua, sebulan lalu. Adalah hal yang tidak biasa ketika keponakannya itu mengunggah foto dirinya bersama teman satu pekerjaan.
Foto yang diunggah rupanya tidak sedikit, ada 30 foto yang diunggah di laman Facebook milik Dita. Redami sendiri mengaku kaget dengan ketidakbiasaan Dita yang memunculkan dirinya di laman Facebook.
"Saya sendiri kaget, waktu itu adik saya yang melihat. Dia bilang tumben-tumbennya upload foto dia, kalau tidak salah waktu itu ada 30 foto itu tumben-tumbennya. Selama dia 3 tahun menjadi pramugari baru upload foto itu," paparnya.
Saat ini keluarga berharap proses identifikasi Dita cepat diselesaikan. Dengan demikian keluarga bisa memakamkan jasad Dita di pemakaman Karet Bivak, Jakarta Selatan. Makam yang sudah disiapkan keluarga sendiri berada tepat di samping makam sang kakek.
"Keluarga sudah siapkan itu, rencananya seperti itu," paparnya.
Ibunda Dita, Reany, saat ini masih dirundung duka. Beberapa kali Raeny pingsan bila mendengar kabar soal kecelakaan Trigana Air di Pegunungan Bintang, Papua.
"Ibunya masih terngiang-ngiang teriakan Dita memanggil nama 'mama'," ceritanya. (ahy/mad)