"Anaknya baik dan peduli sama keluarganya. Dia itu optimis dan anaknya ramai, cerewet," kata Paman Dita, Redami (36) di rumah Dita di Kampung Beting, Jalan Angsana I, Koja, Jakarta Utara, Rabu (19/8/2015).
Dita yang sudah 3 tahun menjadi pramugari Trigana Air itu jarang ada di rumah karena sibuk bekerja. Kalau libur dia hanya 1 atau 2 hari saja dan biasanya pergi bersama keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal pekerjaan, keluarga melihat Dita sangat komitmen terhadap pekerjaannya. Bahkan sesulit apapun keadaan jika dia harus terbang maka dia akan berangkat.
"Dia pernah bilang sama ibunya, 'Dita kalau di rumah punya mama, kalau di pesawat Dita bukan punya mama lagi tapi punya semua orang. Dita punya tanggung jawab'," ucap Redami menirukan ucapan Dita.
Baca juga Infografis: Petaka Trigana Air di Pegunungan Papua
Kenangan lain yang diingat Redami tentang Dita adalah keinginan anak pertama dari 3 bersaudara itu untuk kuliah. Menurutnya, Dita ingin kuliah jurusan hukum dan akan mendaftar tahun ini. Bahkan saat keluarga mendapat kabar pesawat yang ditumpangi Dita hilang kontak, ibu Dita saat itu tengah dalam perjalanan ke kampus untuk mendaftarkan Dita.
"Ibunya punya tittle SH di belakang, Dita ingin punya tittle juga. Dita itu mandiri, kuliah sambil kerja. Dia tidak mau merepotkan orang tuanya," kenang Redami.
Saat ini ibu dan ayah Dita terbang ke Sentani, Jayapura untuk melihat jenazah Dita. Rencananya Dita akan dikuburkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.
"Dikubur di samping makam kakeknya," ucapnya.
Pesawat Trigana Air ATR 42 dengan nomor penerbangan PK-YRN itu lepas landas dari Bandara Sentani Jayapura pukul 14.22 WIT dengan waktu tiba diperkirakan di Oksibil 15.04 WIT Minggu (16/8/2015). Pesawat mengangkut 49 penumpang dengan 5 awak pesawat. Pesawat itu dilaporkan hilang kontak sejak pukul 15.00 WIT pada Minggu (16/8/2015).
(slh/nwk)