Lewat buku ini, Dewa alias Djani mengungkapkan bahwa Soemitro pernah menggelar konferensi di Wina, Austria, pada Juni 1972. Konferensi itu diikuti puluhan warga Indonesia yang bermukim di Eropa. Mereka umumnya WNI yang mendapatkan beasiswa di era Presiden Sukarno tapi tak bisa kembali menyusul tragedi 30 September 1965.
Konsep pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya memang tak disampaikan langsung oleh Soemitro, melainkan lewat seorang calon anggota MPR yang memperkenalkan diri sebagai Kornelius Cahyo Trinugroho. Dalam diskusi yang diikuti Dewa, terungkap bahwa akar utama penyebab munculnya korupsi adalah kecilnya gaji pegawai negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, untuk meningkatkan sumber pendapatan negara sebagai modal pembangunan, terlontar pemikiran untuk menerapkan pajak penghasilan yang lebih baik dan efisien, penerapan kebijakan bea eskpor dan impor yang efisien. Selain itu, perusahaan strategis, milik pemerintah dan swasta, harus menyerahkan 10 persen keuntungan sebelum pajak.
Tapi semua konsep pemikiran Soemitro itu tak pernah terungkap, kecuali dalam kesaksian Dewa Soeradjana dalam novel The Missing History ini. Dalam kurun waktu hampir bersamaan, Mayjen Ali Moertopo, yang sudah menjadi rahasia umum sebagai pesaing utama Soemitro dalam membantu Presiden Soeharto, justru menuangkan konsep pemikirannya ke dalam tiga buku.
Pada 1973, CSIS, yang merupakan lembaga kajian bikinan Ali, merilis buku Dasar-dasar Pemikiran tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun, yang dirangkum dari berbagai ceramah, diskusi, dan wawancara sang jenderal. Setahun kemudian, CSIS merilis Strategi Politik Nasional dan Strategi Kebudayaan yang terbit pada 1978.
Adu kuat 'proposal' Jenderal Soemitro dengan Ali Moertopo itu bisa dibaca di Majalah Detik edisi 194 pekan ini.
(alx/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini