Antara Umar Wirahadikusumah dan Soeharto

Menyapa Bapak dan Ibu Bangsa

Antara Umar Wirahadikusumah dan Soeharto

Mega Putra Ratya - detikNews
Selasa, 18 Agu 2015 15:39 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Mungkin nama Umar Wirahadikusumah kalah populer dibandingkan nama pejabat lain di negeri ini. Sosoknya tidak terlalu banyak dipublikasikan oleh media saat itu.

Umar Wirahadikusumah adalah wakil presiden periode 1983-1988. Umar mendampingi Presiden Soeharto dan menjadi wapres ke-4 Republik Indonesia.

Suatu sore, medio Februari 1983, Umar diminta menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Saat itu Umar menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Keuangan (BPK). Umar sendiri tidak paham mengapa dirinya dipanggil oleh orang nomor satu di negeri ini kala itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak disangka, dipanggilnya Umar ke Istana tidak lain adalah diminta untuk kesediaannya untuk mendampingi Presiden Soeharto sebagai wakilnya. Soeharto ketika itu meminta Umar untuk membicarakan tawarannya kepada sang istri, Karlinah.

"Terserah Bapak saja, kata saya, sanggup nggak? Saya mau coba, kata Bapak," tutur Karlinah Umar Wirahadikusumah saat berbincang dengan detikcom di kediamannya Jl Teuku Umar No 61, Jakarta Pusat.

KarlinahUmar dan Grup D Paspampres


Karlinah menceritakan soal awal kedekatan sang suami dengan Presiden Soeharto. Ketika itu peristiwa berdarah Gerakan 30 September PKI terjadi. Sejumlah petinggi TNI Angkatan Darat diculik dari kediaman dinas dan dibunuh oleh orang yang mengaku Pasukan Tjakrabirawa.

Ketika itu suaminya masih menjabat sebagai Pangdam V Jayakarta. Sementara waktu itu Soeharto menjabat sebagai Panglima Kostrad.

"Pagi-pagi pukul 4.30 WIB, pembantu ketok pintu, ada telpon untuk bapak. Ternyata ajudan Pak Nas (Jenderal AH Nasution) bilang itu anak Pak Nasution ditembak," tutur Karlinah.

Seketika itu Umar langsung ganti baju dan beranjak dari rumahnya. Umar tidak sempat menyampaikan tujuan kepergiannya itu kepada Karlinah.

Selama sepekan Umar meninggalkan rumah tanpa memberi kabar. Karlinah pun tidak tahu kemana kepergian sang suami.

Karlinah baru tahu soal peristiwa itu pada 5 Oktober dari sahabatnya Yulia Soeprapto, istri Mayjen TNI R Soeprapto yang juga menjadi korban dalam peristiwa berdarah itu.

"Bu Umar nggak tahu, Pak Prapto dipanggil Presiden, tapi Pak Prapto mau ganti baju dinas ngga boleh. Ternyata dimasukin ke truk lalu dibunuh," kata Karlinah menuturkan Yulia.



Rupanya Karlinah belakangan baru tahu, bahwa selama ini suaminya ikut bersama Soeharto dalam misi mencengah gerakan PKI meluas.

"Saya tidak tahu apa-apa, suami tidak kasih kabar seminggu. Saya nggak nyari, mau ke mana nyarinya? Pergi kemana nggak ngasih tahu, nggak ada kabar berita," ungkapnya.



(mad/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads