Danau Kanas, Kecantikan yang Menyimpan Monster Legendaris

Laporan dari China

Danau Kanas, Kecantikan yang Menyimpan Monster Legendaris

Danu Damarjati - detikNews
Senin, 17 Agu 2015 15:02 WIB
Foto: Danu Damarjati
Xinjiang - Kabar adanya monster di Danau Kanas, Daerah Otonomi Xinjiang Uyghur, Tiongkok, sempat menyeruak setelah sejumlah turis mengaku melihatnya. Benarkah ada monster di danau lembah pegunungan Altay ini?

Pegunungan Altay menjadi batas Tiongkok dengan Rusia dan Mongolia. Lokasi Danau Kanas memang jauh dari jangkauan, yakni di ujung barat laut Tiongkok. Jangankan orang Tiongkok pada umumnya, bahkan orang Xinjiang sendiri belum tentu pernah mencapai lokasi ini.

"Ini perjalanan pertama saya ke Danau Kanas," kata penduduk Xinjiang bernama Laura Li, yang sekaligus mengantarkan kami ke danau itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua orang dari Beijing yang menemani kami mengaku, jangankan ke Danau Kanas, ke Xinjiang saja baru pertama kalinya seumur hidup bagi mereka. Agaknya, Xinjiang seperti Papua bagi masyarakat Jakarta, sebuah daerah yang jauh dan dirindukan.

Perjalanan dimulai. Dari Ibu Kota Xinjiang, Urumqi, kami terbang menuju Bandara Altay. Pesawat perlu satu jam lebih untuk mencapai Altay. Memang Daerah Xinjiang adalah daerah terluas dibanding daerah lainnya di Tiongkok.

Berangkat pukul 08.35 waktu setempat dari kota, kami menempuh jalan darat dengan mobil van. Empat jam kemudian, kami masuk kawasan Kanas, yang juga merupakan Suaka Alam di negeri ini. Untuk mencapai danaunya, ternyata perlu perjalanan beberapa jam lagi ke utara.

Namun justru perjalanan panjang itu adalah bagian dari atraksi. 'Suguhannya' berupa bentang alam yang menakjubkan, gunung-gunung berbatu di antara jalanan naik-turun dan berkelok, bunga matahari hingga barisan Pohon Poplar, jenis pohon yang khas belahan bumi utara.

Hamparan Bunga Matahari


Ada pula bukit-bukit dengan sabana hijau tempat domba, sapi, dan kuda digembalakan, dan sungai-sungai bersih berwarna biru kehijauan. Nampak satu, dua, tiga burung elang terbang di atas bukit hijau.

"Mirip seperti pemandangan di Eropa," kata salah satu kawan dari Indonesia.

Mobil kami sempat berhenti sejenak ketika puluhan domba menuruni bukit dan menyeberang jalan menuju padang rumput. Ada pula masyarakat setempat yang kebanyakan beretnis Khazakh sedang membawa tumpukan jerami yang menghalangi pandangan. Hanya hal-hal seperti itu yang menghalangi laju mobil kami, karena 90 persen aspal yang kami lalui boleh dibilang mulus terus.

Domba-domba menyeberang jalan menuruni jurang


Tak bosan-bosannya memandangi bukit, jurang, dan sungai di kanan-kiri, selama berjam-jam.Β  Akhirnya kami berhenti di tepi sungai, titik yang disebut Wolong Bay.

Suhu sekitar 26 derajat celcius musim panas menyambut kami di tepian sungai. Beruntung, kami-kami yang dari negara tropis ini tak datang saat salju turun. Menurut seorang pegawai tempat singgah setempat, Juli hingga Oktober adalah saat yang ramai, namun bila musim dingin salju bisa menutup jalanan.

Wolong Bay


Ada pula Mata Air Shengquan. Di ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut, mata air memancar. Tingkat pH air adalah 7,9, alkalinitas rendah, konsumsi oksigen 0,72 Mg/Liter. Kualitas air di sini dikatakan sama dengan standar air minum nasional Tiongkok. Banyak orang menaruh uang kertas sembari memanjatkan pengharapan di atas batu mata air ini.

Sampailah ke Danau Kanas, tempat legenda dan kesaksian penampakan monster danau itu berasal.Β  Tunggu dulu, anda perlu meniti 1.100 anak tangga untuk mencapai 'Fish Watching Pavilion', berguna untuk memantau danau dari atas, sekaligus mencari tahu apakah monster itu benar-benar ada di danau.

Anak-anak tangga disusun dari padas. Sudah hampir ribuan orang meniti anak tangga pada hari ini. Pria-wanita, tua-muda, semuanya bersemangat.Β  Melihat-lihat wajah para turis, sulit ditemui turis dari negara-negara Barat.

Kelelahan, sebagian dari kami hampir saja urung sampai ke puncak pemantauan danau itu. Namun karena berpikir ini adalah titik wisata yang jarang-jarang dikunjungi, mereka akhirnya bersemangat lagi.

Meniti ribuan tangga


Semakin dekat ke puncak, tangga padas berganti dengan tangga kayu. Anak tangga ke-1.040 ternyata rusak. Namun petugas setempat setia menjaga kondisi agar para wisatawan tak terperosok ke bawah.

Akhirnya, sampai juga di puncak tempat pemantauan yang dibangun dari kayu ini. Di cakrawala, nampak puncak Pegunungan Altay yang diselimuti salju. Di balik puncak itu, ada negara lain, yakni Rusia dan Mongolia.

Udara sejuk membuat orang-orang terlihat ceria di tempat ini. Kebanyakan para wisatawan berfoto dan bercengkerama satu sama lain.

Memandang ke bawah, Danau Kanas nampak biru. Saya mencermati, ada sesuatu yang bergerak di bawah sana. Ternyata itu adalah kapal, bukan monster legendaris itu.

Terus mencermati ke danau, ternyata tak ada pergerakan makhluk air misterius itu. Tak apalah saya belum bisa melihat itu monster, toh bila benar ada maka biarkanlah dia hidup damai di lembah Altay yang berwibawa ini.

Kanas atau 'Kanaz' dalam Bahasa Mongol, bermakna 'indah' sekaligus 'misterius'. Makna ini juga yang terpikir ketika mata menelusuri celah-celah di antara pepohonan sekitar danau.

Danau Kanas berbentuk memanjang, terlihat puncak bersalju


Soal legenda monster Danau Kanas ini, keberadaannya pernah dilaporkan seorang wisatawan lokal pada 6 dan 8 Juni 2005. Turis dari Guangdong dan Hubei menyatakan melihat penampakan makhluk sepanjang 10 meter selama sekitar 20 detik, berenang di danau.

Keberadaan monster Danau Kanas ini sama kaburnya dengan keberadaan Loch Ness di Skotlandia. Kajian-kajian seperti ini sering dikaitkan dengan disiplin Kriptozoologi (Cryptozoology) yang mempelajari makhluk-makhluk misterius semacam Big Foot di Barat, Uhang Pandak di Sumatra, Ebu Gogo di Flores, dan sebagainya.

Usut punya usut, sebagian ahli menyatakan monster Danau Kanas itu tak lain dan tak bukan adalah Ikan Taimen khas Eurasia. Ikan itu memang dikenal bisa tumbuh besar. Namun sebagian orang lainnya tak percaya bahwa monster Danau Kanas adalah Ikan Taimen.

Apapun itu, Danau Kanas tetap layak dikunjungi. Kami sendiri berkesempatan mengunjungi Kanas pada 1 Agustus 2015 yang lalu. Kami, rombongan Indonesia dan Malaysia berada dalam program kunjungan yang diadakan Kementerian Hubungan Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan jam 10 malam. Namun matahari masih belum sepenuhnya terbenam di wilayah ini, alias masih seperti suasana maghrib di Jakarta.

Sekadar informasi, harga tiket penerbangan dari Urumqi ke Altai bervariasi, sekitar 200 hingga 1.000 Yuan, tergantung musim setempat.

Hotel berbintang tiga di kota Altai bisa anda sewa seharga 500 Yuan. Tentu masih ada tempat lain yang lebih murah bila mencari dengan cermat. Tiket masuk ke kawasan Kanas adalah seharga 265 Yuan untuk gerbang pertama.

Infrastruktur menuju kawasan wisata ini terbilang bagus, terutama jalanan aspal yang minim kerusakan. Hanya saja bila anda mampir ke toilet umum, jangan kaget. Anda akan sering menjumpai penggunaan jamban secara jorok bahkan untuk ukuran orang Indonesia.

Halaman 2 dari 1
(dnu/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads