Cerita Diaspora Jawa: Dari Lagu Cucak Rowo Hingga Kain Sarung

Cerita Diaspora Jawa: Dari Lagu Cucak Rowo Hingga Kain Sarung

Bagus Kurniawan - detikNews
Sabtu, 15 Agu 2015 16:35 WIB
Foto: Bagus Kurniawan/detikcom
Yogyakarta - Berbagai cerita muncul dalam Konferensi Javanese Diaspora 'Ngumpulke Balung Pisah' di Yogyakarta. Meski sudah tinggal jauh di negeri orang, namun nuansa budaya Jawa masih terasa bagi mereka.

Salah satunya diungkapkan Djoko Waluyo asal Surabaya yang lebih dari 35 tahun telah tinggal di Amerika Utara. Dia juga beristrikan keturunan Mexico dan sudah mempunyai tiga orang anak.

"Saya keluar negeri sejak tahun 1978 karena dapat tugas dari Pak Habibie menjadi tim engineering Krakatau Steel (KS)," ungkap Djoko mengawali cerita di Hotel Saphir, Jalan Laksda Adisutjipto, Sabtu (15/8/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun kemudian memulai cerita dengan menggambar sosok Jawa asal Jawa Tengah dan Surabaya Jawa Timur itu berbeda. Dengan bergurau dia berkelakar soal orang Jawa yang tengah naik bus, saat terinjak kakinya akan berbeda respons bila yang mengalami kejadian itu adalah orang Jawa Tengah dan Surabaya tempat kelahirannya itu.
Β 
"Bedane nek orang Jawa Tengah tengah diinjak kakinya akan bilang nuwun sewu. Lha kalau wong Surobaya akan bilang, iki sikil ojok di idak," ungkap Djoko yang langsung disambut ketawa oleh para peserta.

Dia kemudian bercerita mengenai tiga orang anaknya. Ketiga anaknya juga menggunakan nama keluarga Waluyo. Meski pada awalnya tidak bisa berbahasa Jawa semuanya, saat ini anaknya yang nomer dua Jatmiko Waluyo sudah bisa bahasa Jawa meski masih sedikit. Sedangkan anak nomer tiga, Iskan Jasmani Waluyo belum bisa. Saat mengerti arti nama Jasmani, anaknya sempat protes karena tahu itu artinya badan.

"Bojoku orang Mexico ora iso Basa Jawa. Sing nomer loro (dua-red) Jatmiko Waluyo iso Basa Jawa. Malah yo iso nganggo sarungan lan ngerti lagu Cucak Rowo. Jatmiko wis iso sarungan," katanya.

Menurut Djoko, sosok orang Jawa itu 'kuat". Dia kemudian melanjutkan omongannya yakni kuat makannya. Sebab kalau bertemu dengan sesama orang Jawa yang mengajak bertemu atau berkumpul pasti akan mengajak makan.

"Nek ketemu mesti ngejak mangan-mangan," katanya.

Dia juga sangat terkesan pada pertemuan ini yang berhasil mengumpulkan orang Jawa yang ada di berbagai negara, meski belum semuanya bisa hadir. Hal ini juga bisa menyatukan semua orang Jawa yang saat ini masih menjadi WNI ataupun sudah tidak. Dia juga mengaku masih tetap berdarah Indonesia. Dia juga sempat bercerita mengenai makanan tortila yang isinya daging bisa digantikan dengan tempe bagi orang yang vegetarian.

"Javanese diaspora bisa bersatu akan baik dan tujuannya sangat bagus, bisa melestarikan budaya Jawa," pungkas Djoko. (bgs/rul)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads