Berbagai Kisah Saat Keturunan Jawa Saling Bertemu dalam Javanese Diaspora

Berbagai Kisah Saat Keturunan Jawa Saling Bertemu dalam Javanese Diaspora

Bagus Kurniawan - detikNews
Sabtu, 15 Agu 2015 14:28 WIB
Foto: Bagus Kurniawan/detikcom
Yogyakarta - Berbagai kisah diungkapkan dalam pertemuan warga keturunan Jawa yang bertajuk Konferensi Javanese Diaspora di Yogyakarta. Ternyata ada banyak budaya atau tradisi yang sampai sekarang masih dipelihara atau dipertahankan, meski sudah berganti generasi.

Konferensi dengan tema 'Ngumpulke Balung Pisah' yang digelar di Hotel Saphir Jalan Laksda Adisutjipto Yogyakarta mulai hari ini, Sabtu (15/8/2015) hingga Minggu (16/8). Peserta diantaranya dari Suriname, Belanda, Caledonia Baru, Malaysia, Singapura, Amerika dan lain-lain.

Dalam acara tersebut Bahasa Jawa Ngoko bukan Bahasa Jawa halus menjadi bahasa percakapan antara peserta. Meski dari sisi wajah dan postur tubuh, mereka benar-benar asli keturunan Jawa, namun mereka tidak bisa berbahasa Indonesia. Justru Bahasa Jawa ngoko yang pernah diajarkan para orangtua, kakek/nenek leluhurnya itu yang mereka gunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peserta saat acara ramah-tamah dan pembukaan menyebutkan asal usul keluarganya. Ada yang berasal dari Surabaya, Sidoarjo Jawa Timur, Madiun, Magelang, Purworejo Jawa Tengah, Bantul, Tegal dan lain-lain.

Saffron Kartowikromo yang merupakan keturunan Jawa asal negara Suriname mengungkapkan, Bahasa Jawa ngoko sampai saat ini masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari warga keturunan Jawa, Dia juga bercerita mengenai asal-muasal orang Jawa bermigrasi ke Suriname sebuah negara koloni Belanda di Amerika Selatan.

Meski orang Jawa hidup di tanah perantauan yang jauh sekali serta sudah berganti generasi, namun berbagai budaya Jawa tidak ditinggalkan.

"Wong jowo ora ninggalke budayane, neng Suriname isih ono gotong-royong, wayang kulit, terbangan (seni hadrah), sunatan lan liya-liyane," ungkap Saffron.

Hal senada juga diungkapkan oleh Jakiem Asmowidjojo (65) keturunan Jawa, yang saat ini tinggal di Belanda. Dirinya merasa senang bisa datang ke tanah Jawa/Indonesia yang merupakan tanah leluhur orang tuanya. Dia bersama istri dan anak-anaknya tinggal di sebuah kota di Belanda.

"Anak telu lanang kabeh. Putu yo telu lanang kabeh. Sesuk bakal duwe anak wedhok yen wis mantu (Anak tiga laki-laki semua. Cucu juga tiga laki-laki semua. Besok akan punya anak perempuan kalau sudah punya menantu-red)," kata Jakiem yang mengaku senang saat berkunjung di Yogyakarta itu. (bgs/rul)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads