Konferensi dengan tema 'Ngumpulke Balung Pisa'h itu digelar di Hotel Saphir di Jl Laksda Adisutjipto itu akan berlangsung selama dua hari atau hingga hari Minggu (16/8). Peserta konferensi di antaranya berasal dari Malaysia, Singapura, Suriname, Belanda, Amerika Serikat serta berbagai keturunan Jawa yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia seperti dari Sumatera.
Saat konferensi hari ini bahasa yang digunakan sesama peserta lebih banyak bahasa Jawa. Itu sangat terlihat ketika acara pembukaan berlangsung maupun saat ramah tamah. Peserta ada yang menggunakan bahasa Indonesia yang berasal dari Melayu atau Pulau Sumatera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinator acara Indrata Kusuma Prijadi menyatakan, acara seperti ini berlangsung karena network yang dibangun sejak beberapa tahun lalu menggunakan media sosial Facebook telah berhasil menggumpulkan berbagai warga keturunan Jawa dari berbagai negara dan daerah.
"Acara ini mengumpulkan tulang yang terpisah. Ngumpulke balung pisah," kata Indrata.
Menurut dia, ada banyak orang keturunan Jawa yang tersebar di berbagai negara seperti Suriname, Belanda, Malaysia, Singapura, Hongkong, Sri Lanka, Caledonia Baru dan Afrika Selatan. Namun kebudayaan Jawa masih mereka pegang sampai saat ini, meski sudah berganti generasi.
"Orang Jawa menjadi terpisah karena sejarah atau karena alasan pribadi sehingga sehngga harus berpisah dengan tanah kelahiran. Orang Jawa yang tersebar di mana-mana," kata Indrata.
Meski tinggal menyebar di berbagai negara, namun kehidupan mereka di manapun tempatnya bisa maju.
"Hanya saja kadangkala, orang Jawa yang berada di Indonesia sering merasa malu dengan identitas tersebut, padahal mereka tersebar di mana-mana. Jawa itu tidak hanya bahasa Jawa-nya tapi juga ada hal-hal lain seperti filosofi dan kebudayaan.
"Kita berharap Wong Jawa iku aja ngganti sinau Jawa, dudu karo wong Jawa maneh. (Orang Jawa itu jangan sampai belajar mengenai Jawa tapi bukan dari orang Jawa lagi atau orang asing," katanya. (bgs/rul)