Menunggu 'Keajaiban', Begini Sulitnya Transportasi Menuju Kabupaten Puncak, Papua

Menunggu 'Keajaiban', Begini Sulitnya Transportasi Menuju Kabupaten Puncak, Papua

Elza Astari Retaduari - detikNews
Jumat, 14 Agu 2015 12:50 WIB
Jakarta - Meski sudah mulai keluar dari keterisolasian, transportasi menuju Kabupaten Puncak, Papua, masih sangat sulit. Hanya jalur udara transportasi yang bisa digunakan untuk menuju daerah dengan ketinggian 2.309 Mdpl itu.

Pun hanya pesawat perintis dari Bandara Mozes Kilangin, Timika, yang bisa membawa masyarakat menuju Kabupaten dengan 8 distrik ini. Harganya tidaklah murah.

Masyarakat biasa bisa menumpang pesawat perintis subsidi dengan harga kisaran Rp 300 ribu untuk orang dewasa. Namun untuk mendapat tiket subsidi ini sangatlah susah mengingat kuota terbatas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisa nunggu sampai 2 minggu dulu antrenya," ucap salah seorang penumpang yang hendak ke Distrik Sinak, Albertina di Bandara Timika, Jumat (14/8/2015).

Ada 8 pesawat perintis yang melayani penerbangan menuju distrik-distrik Kabupaten Puncak namun armadanya terbatas. Yakni AMA, Jhonlin, MAF, AVIA, Susi Air, Pegassus Air, dan Trigana Air.

Dengan sulitnya mendapatkan tiket subsidi, kebanyakan orang biasanya menggunakan kelas bisnis dengan harga rata-rata Rp 2,5 juta per orang. Mayoritas maskapai menggunakan sistem timbangan untuk biaya tiket dan barang bawaan, kecuali MAF yang menghitung jarak sehingga biaya sedikit lebih murah. Untuk maskapai MAF rata-rata harga satu tiket sekitar Rp 700 ribu.

Satu kali perjalanan, pesawat perintis bisa membawa maksimal 9 penumpang. Namun jika jumlah barangnya banyak, maka jumlah penumpang bisa berkurang.

Ada pesawat yang menggunakan kursi, tapi ada juga yang lesehan. Biasanya pesawat tanpa kursi untuk membawa logistik meski terkadang ada juga penumpang yang ikut. Harga tiket pesawat perintis untuk turun dari Kabupaten Puncak menuju Timika lebih murah. Bedanya bisa lebih dari setengah harga naik dari Timika menuju Puncak.

Seorang penumpang yang hendak ke Distrik Pogoma, Melina, harus mengeluarkan kocek Rp 1,8 juta untuk barangnya saja. Padahal ia hanya membawa 2 karung beras dan 2 tas berukuran sedang.

"Ini ada beras, dan barang-barang keperluan lain. Beli di Timika, karena lebih murah daripada beli di atas," ucap Melina di lokasi yang sama.

Segala keperluan di Kabupaten Puncak memang sangat mahal. Contohnya harga bensin satu liter dan air mineral botolan mencapai Rp 50 ribu. Semen satu sak dibanderol Rp 2 juta.

Menurut salah seorang petugas maskapai, untuk kelebihan barang penumpang dikenakan biaya Rp 15 ribu/kg nya. Sebenarnya pihak maskapai membatasi barang bawaan, tapi terkadang penumpang memaksakan.

"Susahnya penumpang suka nyolot dan paksa masuk barang banyak. Jadi terpaksa kadang penumpangnya dikurangi," kata Viki, salah seorang petugas maskapai.

Jadwal penerbangan menuju atau dari Puncak hanya sedikit. Lebih dari pukul 12 siang, pilot akan berpikir ulang jika hendak berangkat karena medan menuju Puncak yang cukup berat. Bahkan jika angin sangat kencang, pagi hari sekalipun bisa tidak ada penerbangan.

Dengan kondisi seperti itu, tak heran jika di bandara Timika bagian pesawat perintis kondisinya ramai seperti di terminal. Para penumpang bergantian untuk menimbang diri dan barang bawaan.

Sulitnya transportasi membuat warga Kabupaten Puncak tak bisa mudah beraktivitas datang ke pusat kota di Papua. Mengingat biaya perjalanan yang murah. Ini yang membuat Bupati Puncak, Willem Wandik terus berupaya membangun daerahnya.

Ia berharap pemerintah pusat bisa membangun jalur darat sehingga lebih memudahkan proses transportasi, paling tidak untuk logistik saja. Dengan demikian harga-harga barang dan kebutuhan di Puncak tidak lagi selangit harganya.

"Jalan Freeport dari Timika itu kan bisa dipakai, kalau itu boleh diizinkan masuk saja logistik dari Timika. Nanti sampai Grasberg. Bisa lanjut nanti sampai ke Ilaga sekitar 80 km," ucap Willem di pesawat perintis saat perjalanan menuju Ilaga.

Masyarakat yang baru saja kembali dari kota, perlu lagi-lagi mengeluarkan biaya jika memerlukan bantuan porter dengan harga yang cukup mahal. Pemda memang menyiapkan mobil angkutan gratis dari bandara Ilaga menuju perkampungan untuk membawa barang.

Hanya saja jika penumpang ingin menggunakan jasa ojek, perlu menyiapkan Rp 50 ribu. Padahal jaraknya hanyak dekat namun dengan kondisi jalan naik turun.

"Kami berharap semoga pak Jokowi bisa membantu kami. Supaya harga-harga barang di Puncak tidak mahal lagi," tutup Willem penuh harap.

(ear/dra)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads