Pagi ini, Salmize (39) yang berasal dari Aceh dengan khidmad mendengarkan pidato Presiden Jokowi di Gedung Nusantara III MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2015). Berbusana sederhana warna ungu lengkap dengan hijabnya, Salmize datang dengan pengalaman mumpuni sebagai penyuluh.
"Saya dari Desa Keudai Panga, Aceh. Jadi penyuluh swadaya sudah lima tahun sampai sekarang. Berkat dukungan suami," tutur Salmize.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi saya dengar keluarga saya hanya tinggal 2 orang saja di Aceh. Kebetulan desa saya itu pesisir," kenang dia dengan nada lirih.
Setelah pindah ke Aceh dan mengobati duka keluarga, hatinya tergerak untuk berbuat lebih banyak untuk masyarakat sekitar. Mulailah dia mendaftar sebagai tenaga penyuluh.
"Jadi kalau kami ini penyuluh yang segala bidang, tidak cuma pertanian. Kalau di daerah saya justru yang paling penting adalah untuk penyuluhan Posyandu," ujar dia.
Masyarakat desa tempat Salmize tinggal banyak yang belum berminat berobat di Posyandu. Para ibu dan anak lebih memilih pengobatan alternatif lainnya.
"Mereka takut kalau divaksin itu ada zat babinya," kata Salmize.
Sejak itu Salmize berusaha keras meyakinkan masyarakatnya. Dia tak ingin penyakit gizi buruk tak terselesaikan.
Dia menyebutkan bahwa prosentase gizi buruk di desanya saat itu sekitar 12 persen. Namun kini brrkat kegigihan dia dan kawan-kawan menjadi tinggal 1 persen.
"Bukan uang yang kami cari, tetapi bagaimana kehidupan masyarakat lebih baik," ungkap dia. (bpn/aan)











































