"Pertama publik akhirnya menyadari secara umum bahwa kini mereka mendapatkan alternatif pelayanan transportasi publik yang cepat, aman dan nyaman. Hal ini karena ada ruang kosong dari ketidakmampuan pemerintah untuk menyediakan transportasi publik yang cepat dan nyaman ditengah 'chaosnya' kemacetan," kata Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati Kamis (13/8/2015).
Devie berpendapat, Go-Jek maupun Grab bike merupakan peluang yang tercipta dari ketidakmampuan pemerintah dalam menyiapkan sarana transportasi massal. Menurutnya, hal ini telah berhasil dimanfaatkan oleh beberapa kelompok positif masyarakat yang mengorganisasi secara profesional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, gesekan sosial mungkin terjadi ketika adanya inovasi baru. Sehingga, menjadi tugas pemerintah untuk segera menyiapkan fasilitas moda transportasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
"Tentunya, gesekan sosial wajar terjadi ketika adanya inovasi baru. Hal ini menjadi tugas pemerintah untuk mengakomodir dan memberikan peluang dari ketidaktahuan mereka para ojek offline untuk mendapatkan tambahan penghasilan melalui fasilitas online yang lebih jelas dan terorganisir, karena masyarakat membutuhkan solusi dari padatnya kemacetan," imbuhnya.
Ia menambahkan, munculnya fenomena Go-Jek dan Grab merupakan solusi terbaik dari upaya pemerintah yang belum sanggup menyiapkan transportasi masal yang cepat dan nyaman. Devie pun berharap dinas perhubungan juga memberlakukan sistem yang sama dengan gojek atau grab dalam pelayanannya.
"Dinas perhubungan seharusnya membantu dengan sistem yang sama, bagaimana cara berkendara, pelayanan terhadap konsumen, kepastian tarif dan bagaimana sistem antreannya. Jadi jangan dimatikan inovasi-inovasi seperti ini karena kenyataannya masyarakat sangat terbantu," pungkasnya.
(dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini