Sang Pelukis Rakyat Itu Dianugerahi Tanda Kehormatan oleh Presiden Jokowi

Sang Pelukis Rakyat Itu Dianugerahi Tanda Kehormatan oleh Presiden Jokowi

Is Mujiarso - detikNews
Kamis, 13 Agu 2015 21:54 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Bagi masyarakat awam, nama Hendra Gunawan barangkali masih terdengar asing. Setidaknya, jika dibandingkan dengan nama populer lainnya di jagad seni lukis seperti Affandi, Basuki Abdullah atau pun Sudjojono. Atau, orang mungkin mengenalnya semata sebagai "seniman Lekra".

Nama Hendra Gunawan kembali mencuri perhatian hari ini. Penyebabnya, nama tersebut muncul dalam daftar tokoh penerima tanda penghormatan yang dianugerahkan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Kamis (13/8).

Penganugerahan tanda kehormatan dari pemerintah itu merupakan hajat tahunan dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI, yang tahun ini merupakan yang ke-70. Jenis tanda kehormatan yang dianugerahkan adalah Bintang Mahaputra, yang terdiri Bintang Mahaputra Adipradana (kepada 4 orang) dan Bintang Mahaputra Utama (18 orang).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanda penghormatan lainnya adalah Bintang Jasa Utama (13 orang), Bintang Jasa Pratama (1 orang), Bintang Penegak Demokrasi (2 orang), dan Bintang Budaya Paramadharma (8 orang). Nah, nama Hendra Gunawan, yang disebutkan sebagai pelukis dan pematung, masuh dalam daftar penerima jenis tanda kehormatan yang terakhir. Bersama-sama dengan antara lain KH Mustofa Bisri (pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Rembang), Goenawan Mohamad (sastrawan-budayawan) dan (alm) Zoetmulder (ahli sastra Jawa Kuno).

Hendra Gunawan lahir di Bandung, 11 Juni 1918, dan wafat di Denpasar, 17 Juli 1983. Lebih dikenal sebagai pelukis, Hendra sebenarnya juga seorang penyair, pematung dan juga pejuang gerilya. Pada masa mudanya ia bergabung dengan tentara pelajar, dan merupakan anggota aktif Poetera (Pusat Tenaga Rakyat), serta organisasi lain yang dipimpin Sukarno. Sebagai seniman ia aktif di Persagi (Asosiasi Pelukis Indonesia) yang didirikan oleh S. Soedjojono dan Agus Djaya pada 1938.

Bagi para pecinta seni rupa dan kolektor, nama Hendra Gunawan tentu sangatlah tak asing. Karya-karya lukisnya banyak mengisi bingkai para kolektor barang seni. Dalam sejarah seni rupa di Indonesia, oleh para kritikus dan pengamat, Hendra diakui sebagai salah satu pelukis yang memiliki kemampuan melukis sangat tinggi, dan namanya disejajarkan dengan para maestro baik dalam maupun luar negeri.

Mengenyam pendidikan formal seni lukis sejak awal, Hendra mengawali minatnya di bidang seni dengan bergabung pada sebuah kelompok sandiwara Sunda. Namun, sesuai dengan pendidikannya, perhatiannya kemudian lebih tertuju pada dekorasi panggung. Dari situlah kemampuan melukisnya terasah.

Pertemuannya dengan Affandi makin mendorong Hendra untuk terus mengembangkan bakatnya. Di masa revolusi, bersama seniman lainnya, Hendra ikut mengangkat senjata. Pengalaman di barisan pertempuran memberinya banyak inspirasi untuk melukis. Dari pergulatan itulah lahir karya-karya lukisnya yang bersifat revolusioner, yang kelak di kemudian hari diakui sebagai masterpiece.

Antara lain lukisan berjudul 'Pengantin Revolusi', disebut-sebut sebagai karya empu dengan ukuran kanvas yang besar, tema yang menarik dan warna yang menggugah semangat juang. Nuansa kerakyatan menjadi fokus dalam pemaparan lukisannya.

Keberpihakannya pada rakyat membuat Hendra bergabung dengan Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) yang di kemudian hari terseret dalam huru-hara politik berdarah 1965 yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Aktivitasnya itu mengantarkannya mendekam di penjara selama 13 tahun antara 1965-1978.

Di dalam penjara, ia tetap melukis dengan salah satu ciri khasnya menggunakan kanvas berukuran besar. Di akhir hayatnya, seniman yang juga hidup sezaman dan dekat dengan penyair Chairil Anwar ini memilih Bali sebagai tempatnya melewatkan hari tua.

Salah satu karya seni peninggalan Hendra yang hingga kini masih bisa disaksikan masyarakat luas adalah patung batu Jenderal Sudirman di halaman Gedung DPRD Yogyakarta. Walaupun mengembuskan napas terakhirnya di Denpasar, namun jasad Hendra dimakamkan di Purwakarta, Jawa Barat, tepatnya di Pemakaman Muslimin Gang Kuburan yang terletak di Jalan Ahmad Yani. (mmu/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads