Cheng Ho tiba di Semarang bulan ke 6 tanggal 30 penanggalan China 610 tahun lalu sehingga waktu peringatan pada kalender masehi tidak sama setiap tahunnya. Peringatan tahun iniΒ sudah dimulai sejak hari Rabu (12/8) malam kemarin di Klenteng Tay Kak Sie hingga dini hari tadi dengan menyalakan lilin besar di dekat patung Cheng Ho dan pentas seni.
Meski Cheng Ho sebenarnya adalah Muslim, masyarakat Tionghoa tetap mengormatinya dan selalu memperingati kedatangannya setiap tahun. Sementara itu hari ini kegiatan kirab sudah dimulai sejak pukul 05.00 Wib pagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rombongan berjalan menuju klenteng gedung Batu atau Sam Po Kong yang berada di Jalan Simongan dengan jarak 5,6 kilometer dari Klenteng Tay Kak Sie. Di Klenteng yang dulunya terdapat goa untuk ibadah Sholat Ceng Ho itu, sudah sudah menunggu ribuan warga Semarang yang ingin melihat kemeriahan acara.
Satu persatu rombongan memasuki altar Klenteng Sam Po Kong kecuali kuda Cheng Ho yang berwarna hitam karena altar yang licin. Kuda tersebut oleh Bhe Koen dibawa lari bolak-balik sebanyak tiga kali untuk ritual.
Setelah itu ada duaΒ Kio atau tandu arca Cheng Ho dan pengawalnya. Dua Kio tersebut juga menjalani ritual dibawa lari bolak-balik tiga kali sebelum memasuki altar Klenteng. Setelah itu Kio di letakkan di altar dan warga mulai berdoa di sekitarnya.
Hingga saat ini prosesi masih berlangsung dan direncanakan siang nanti Menteri Pariwisata Arief Yahya juga turut hadir dan mengenakan kostum kebesaran Ceng Ho. Arief Yahya juga akan meluncurkan jalur Samudera Cheng Ho sebagai destinasi wisata.
Pengurus Klenteng, Mulyadi Setiakusuma mengatakan tradisi peringatan kedatangan Cheng Ho sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Hal itu untuk menghirmatinya sebagai sosok berpengaruh di Jawa Tengah khususnya Semarang.
"Dalam rangka kedatangan Laksamana Cheng Ho kita lakukan ritual sejak ratusan tahun. Pelaksanaannya berdasarkan penanggalan kalender Tionghoa. Ini bentuk ritual menunjukkan besarnya Laksamana Cheng Ho bagi masyarakat Semarang, Jawa Tengah," kata Mulyadi.
Mulyadi juga mengungkapkan kebahagiaannya karena ritual tersebut sudah mendapat perhatian pemerintah mulai dari Pemkot, Pemprov, hingga kementrian Pariwisata.
"Pemerintah mulai melihat ini sebagai aset budaya. Mereka mulai kirimkan staf ahliΒ dari kementrian pariwisata yang hadir, dari pemerintah kota Semarang, dan dukungan dari Gubernur Jawa Tengah. Menteri pariwisata juga akan hadir, ini support luar biasa," tandasnya. (alg/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini