Menabung 40 Tahun, Tukang Cukur Ini Akhirnya Bisa Naik Haji

Menabung 40 Tahun, Tukang Cukur Ini Akhirnya Bisa Naik Haji

Salmah Muslimah - detikNews
Selasa, 11 Agu 2015 12:11 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Cerita 'Tukang Bubur Naik Haji' mungkin sudah diketahui banyak orang karena kisah itu tayang di televisi. Ada kisah yang mirip dengan itu hanya saja kali ini bukan sinetron melainkan kisah nyata tentang tukang cukur yang naik haji setelah menabung selama 40 tahun lamanya.

Matahari baru terbit dari timur, seorang laki-laki sudah bersiap-siap berangkat kerja. Pikulan berisi peralatan cukur, kaca dan bangku dibawanya. Laki-laki itu bernama Fauzi bin H Mustafa (60), warga Dusun Beleke, Desa Beleke, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB. Sudah lebih dari 40 tahun dia berkeliling kampung untuk menawarkan jasa cukur.

"Saya jadi tukang cukur sejak tahun 70-an," kata Fauzi saat berbincang dengan detikcom, Selasa (11/8/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya Fauzi berkeliling dari kampung ke kampung, lalu ke pasar. Di sana dia biasa menunggu pelanggan. Tarif cukurnya juga tak ditentukan, pelanggan bisa memberi seikhlasnya.

"Ada yang kasih Rp 5 ribu, Rp 10 ribu dan Rp 15 ribu, saya tidak pasang tarif, terserah mereka saja," ucap Fauzi.

Dalam satu hari Fauzi bisa mendapatkan uang Rp 70 ribu jika pelanggan ramai, namun saat sepi dia biasa mendapat Rp 40 ribu. Uang tersebut digunakan untuk makan, biaya sekolah anak-anaknya dan juga ditabung untuk biaya haji. Fauzi memiliki 6 anak yang saat ini semuanya sudah besar dan berkeluarga. Hanya sisa 1 anaknya yang paling bungsu duduk di bangku SMA. Istri Fauzi sudah meninggal.

"Pokoknya dibagi sedikit-sedikit. Setiap hari disisihin buat nabung naik haji, kadang Rp 5 ribu kadang Rp 10 ribu," ucapnya.

Kegiatan menabung untuk naik haji itu sudah dilakukan Fauzi sejak tahun 70-an. Keinginan berhaji bergitu kuat kala dia melihat tetangganya berangkat haji.

"Dari kecil saya memang niat mau naik haji. Saat lihat orang naik haji saya tertarik. Saya pengin banget naik haji, saya bilang sama mereka kalau sudah di Makkah supaya doain saya bisa naik haji," katanya.

Setiap hari keinginan berhaji semakin kuat. Jika ada tetangga Fauzi yang pulang dari Makkah dan bercerita tentang perjalannya hajinya, maka Fauzi semakin semangat menabung untuk berhaji. Bahkan ada salah satu tetangganya yang memberi tahu sebuah doa agar dia bisa naik haji.

"Saya dikasih doa mau naik haji. Berdoa supaya dikasih naik haji sama Allah. Setiap selesai salat itu saya berdoa," kisah Fauzi.

Semangat ingin berkunjung ke rumah Allah membuat Fauzi giat bekerja. Uang yang dia dapat dari jasa cukur selama 40 tahun disisihkan sebagian. Ditabung sedikit-sedikit akhirnya doa Fauzi dijawab.

"Pas uang sudah terkumpul Rp 20 juta saya daftar haji bulan Maret 2009. Itu sudah dapat kursi tapi masih kurang biayanya. Sisanya saya masih harus nabung, setiap hari Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu, kalau 3 bulan bisa terkumpul Rp 1 juta saya setor ke BRI," kenangnya.

Akhirnya tepat sebulan sebelum Ramadan kemarin, Fauzi mendapat surat dari Kemenag bahwa dirinya bisa berangkat haji tahun ini. Dia harus melunasi uang pembayaran Rp 19,8 juta. Uang yang ditabung di BRI itu akhirnya digunakan untuk melunasi sisa pembayaran.

"Alhamdulillah saya bisa naik haji dari ngumpulin uang sedikit-sedikit dari hasil kerja saya jadi tukang cukur. Saya bahagia sekali," katanya.

Fauzi akan berangkat ke asrama haji Mapak, Mataram, tanggal 20 Agustus 2015 mendatang. Dia mendapat kloter pertama.

"Nanti kalau sudah sampai di depan Ka'bah, saya mau doain anak, tetangga dan teman-teman saya yang tukang cukur juga supaya nanti bisa naik haji," ucap Fauzi.

Dia berharap di usianya yang ke-60 tahun ini berikan kesehatan dan kemudahan dalam berhaji."Mudah-mudahan saya tenang berangkatnya, sehat walafiat. Pergi dan pulangnya tetap sehat," ujarnya.

Poster Fauzi mohon doa restu pergi haji. Poster ini biasa dipasang jika ada warga yang pergi haji di desa tempat tinggal Fauzi.
(slm/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads