Donny (40), begitu dia meminta namanya disebut. Dulu dia dikenal sebagai pentolan geng motor Brigez yang lekat dengan aksi kriminal. Namun kini, dia sudah bertobat, bergelar doktor dan menjadi dosen. Bagaimana kisahnya?
Sama dengan Bayu Ruben 'Kemod', Donny juga menghadiri acara halalbihalal dan dzikir keluarga besar Brigez bersama Ustad Arifin Ilham dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Masjid Alun-Alun Bandung, akhir pekan lalu. Berbaju koko bertuliskan Brigez, dia berbagi kisah kelamnya masa muda, hingga akhirnya hijrah untuk menolong adik-adiknya.
"Saya masuk Brigez itu tahun 1991, dan kebetulan waktu itu saya dipilih jadi ketua pertama," kata Donny kepada detikcom. Dia meminta hanya dipanggil Donny saja, dengan alasan khusus yang tak mau dibagikannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 95, masuk narkoba. Itu yang tadinya sebatas nakal biasa, minum saja, akhirnya karena ada masuk itu, yang tadinya dikasih gratis, terus ketergantungan, dia butuh uang, ada beberapa adik-adik saya yang nggak punya akhirnya malakin," ceritanya.
Dia mencatat, lebih dari 100 orang 'adik-adiknya' di Brigez tewas akibat narkoba. Itu angka yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan angka kematian akibat perkelahian dengan geng motor lain. Andy bahkan sempat terjerembab ke lembah narkoba 25 tahun lalu.
Merasa turut andil dalam 'kekacauan' tersebut, Donny pun merasa bersalah. Sebagai mantan ketua, dia merasa menjadi biang keladi dosa dari adik-adiknya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk bergerak dan bertobat bersama rekan-rekannya yang sudah mendapat hidayah.
"Karena saya berpikir, kalau bukan sesama kami, siapa lagi? Pemerintah tidak bisa, masyarakat apalagi, dan yang paling parah itu dianggap pencitraan. Saya dicap sampah dan penyakit masyarakat ya sudah," jelasnya.
Gerakan yang digagas Donny dan kawan-kawan akhirnya mulai berhasil. Sejumlah anggota Brigez dirangkul dan diajak mendekat ke masjid. Secara rutin, dia terus berkampanye agar adik-adiknya bertaubat. Hingga akhirnya, bisa menggelar acara bareng ustad Arifin Ilham dan mengubah Brigez jadi organisasi kepemudaan.
"Meskipun ada beberapa yang juga seperti mabuk, tadpi dgn mereka datang, setidaknya bisa mulai mengubah, karena malu atau apa. Nah, ini pun juga menjadi gaung buat yang lain, karena kalau kita bicara orang lain yang hijrah, itu kan sudah biasa. Coba, kalau kita bicara preman hijrah, itu kan luar biasa," bebernya.
Hijrah karena Ditampar Anak Kecil
Donny punya cerita menarik soal penyebabnya hijrah. Sebuah momen ketika dia hampir saja menjadi bulan-bulanan anak-anak kecil berusia SMP. Dia merasa bingung, antara harus melawan atau merasa iba. Secara tidak langsung, dia merasa, apa yang dilakukan anak-anak itu adalah buah dari 'didikannya'.
"Saya lagi nongkrong pulang kuliah, ada anak-anak SMP lagi nongkrong. Saya lihat terus, tiba-tiba ada satu anak datang, 'naon maneh melang melong?' (apa kamu lihat-lihat?). Saya jawab: nggak lagi nunggu angkot. Saya penasaran, saya lihatin lagi, dia balik lagi, dan nampar saya. Kan bingung, mau dilawan gimana, nggak dilawan begitu. Astaghfirullah, ya pergi," urainya.
![]() |
Dari peristiwa itu, Donny yakin hidup ada sebab akibat. Anak-anak itu menjadi preman karena dia juga pernah melakukan hal yang sama. Ketika masih di Brigez, hampir setiap hari, dia berurusan dengan keributan, palak memalak siswa lain dan kekerasan.
"Kalau saya bahasanya adalah karma. Saya merasakan ada karma, ketika saya suka mengasari orang, berantem, mendzolimi, menganiaya orang. Suatu ketika saya dianiaya, bukan dianiaya. Saya sama anak kecil, sama anak SMP," ceritanya.
Hijrah Lalu Sekolah Sampai S3
Sejak peristiwa tersebut, Donny bertekad untuk berubah. Dia fokus pada pendidikan. Dia sekolah S1, S2 bahkan sampai S3 mendapat beasiswa. Saat S2, dia lulus dengan nilai cum laude. Kini, bahkan bisa mengajar sebagai dosen.
"Karena mental kami ditempa di jalan, begitu kami masuk ke dunia yang lain ternyata kami lebih unggul," ungkapnya.
Gelar sarjana didapat dari teknik sipil di ITENAS, lalu dia melanjutkan S2 di Universitas Pasundan. Sekolah dijalani tanpa bantuan orang tua, dan hanya mengandalkan beasiswa dan usaha sampingan.
"Punten, hampir 4 IPK saya. Ada lagi, saya dapat beasiswa 2 tahun. Cuma saya waktu itu berpikir Tuhan terlalu besar memberikan hidayah buat saya. Saya pikir saya sudah berhasil, saya punya keluarga, saya bisnis sendiri, punya pekerjaan sendiri, cuma belum bisa memberikan manfaat," paparnya.
Donny punya usaha kontraktor, event organizer dan agen. Kini, waktunya dihabiskan lebih banyak sebagai dosen dan ikut pengajian. Kini, fokusnya adalah memberi manfaat bagi orang banyak, setidaknya untuk menebus kesalahannya di masa lalu terhadap adik-adiknya di Brigez.
"Saya hanya berpikir saya harus berbuat baik, saya harus memberikan manfaat bagi orang-orang. Saya lebih memposisikan bahwa hubungan antarmanusia, dan yang paling utama kan saya harus menyelamatkan adik-adik saya," urainya.
"Kalaupun ada masalah kemarin, ada masyarakat yang dirugikan sama keluarga besar Brigez, kami mohon maaf," tutupnya.