Mendagri Tjahjo Kumolo menilai tertundanya Pilkada di 7 daerah yang serang terancam di 8 daerah karena adanya upaya sabotase. Upaya sabotase ini disebut sebagai upaya mengganjal calon kuat seperti Risma.
Namun demikian kalangan pengamat politik memandang agak berbeda. Munculnya calon tunggal di Pilkada karena calon lain ketakutan menghadapi incumbent yang begitu kuat, seperti di Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kandidat yang diusung oleh parpol pun berpikir dua kali sebelum maju. Hal ini karena adanya konsep pemikiran yang salah tentang demokrasi, jika mereka memandang Pilkada sebagai pesta demokrasi tentu mereka tak akan memikirkan untung rugi soal materi. Tetapi kenapa mereka harus bermental tempe takut melawan Risma?
"Mereka ini pemikirannya bisnis, profit and lose," katanya.
Karena itu Hendri memprediksi sampai penutupan pendaftaran tak akan ada calon yang berani melawan Risma. Karena itu pemerintah harus lekas mencari solusi agar Pilkada serentak terlaksana sesuai jadwal.
Calon penantang Risma-Whisnu di Pilkada Surabaya masih abu abu. Karena Demokrat yang menggandeng PAN masih belum menentukan pasangan calon yang akan diusung. Plt Ketua DPC Partai Demokrat Surabaya, Hartoyo mengaku sampai saat ini pihaknya belum menerima rekomendasi pasangan calon dari DPP Demokrat.
"Kita di cabang siap perintah saja. Kalau rekom turun, tugas kita mengantar mendaftar," katanya pada detikcom, Senin (10/8/2015).
Informasi yang dihimpun detikcom, muncul nama Rasiyo, mantan Sekdaprov Jatim, yang akan dipasangkan dengan Dhimam Abror untuk melawan Risma-Whisnu yang diusung PDIP. Namun rekomendasi dari DPP terkait Rasiyo, belum turun hingga hari ini. Lalu apakah kandidat penantang Risma bakal tetap muncul di tengah ketidakpastian?
(van/try)











































