Kepada detikcom akhir pekan lalu, Ruben bercerita masa lalunya yang kelam berselimut dosa. Dia pernah terlibat pembunuhan, perampokan, sampai penganiayaan terhadap lawan-lawannya. Tak hanya itu, ada orang yang menatap wajahnya, tak tanggung-tanggung akan dihabisinya.
"Dalam pikiran saya itu dulu cuma, bukan di samping ingin gagahan, di samping ingin tenar nama, bukan keperluan bukan. Mencari jati diri, biar saya disegani, ditakuti sama junior-junior. Nah, itu flash back-nya mah gitu," kata Uben, begitu dia biasa disapa, seperti ditulis, Senin (10/9/2015). Uben diwawancara usai acara halalbihalal dan dzikir bersama organisasi kepemudaa (OKP) Brigez di masjid Alun-Alun yang dihadiri oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan ustad Arifin Ilham.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di LP Permisan, Uben berbuat onar. Dia terlibat keributan dengan napi lain. Prinsipnya kala itu adalah: membunuh atau dibunuh. Akhirnya hukuman yang sedianya 12 tahun penjara, ditambah menjadi 17 tahun. Di tengah proses hukum, lapas tempat Uben bermukim diterjang tsunami dan kebanjiran.
"Tapi waktu itu LP Permisan kena tsunami, hancur LP kami, dan kami dipindahkan ke Purwokerto. Di Purwokerto saya nggak bisa tidur, soalnya di samping saya itu Sumanto, teriak-teriak," terangnya lagi.
Akhirnya, karena Uben dikhawatirkan berbuat kriminal lagi di penjara Purwokerto, dia pindahkan ke Nusakambangan. Kali ini dia dimasukkan ke Lapas Batu, yang dikenal fasilitas berpengamanan ketat atau super maximum security, bersama para penjahat kelas berat lainnya.
Namun ternyata, di situlah hidayah muncul. Dia mengaku sering bertemu dengan terpidana teroris Imam Samudera saat acara-acara keagamaan di Lapas. Sejumlah ilmu agama dasar diperoleh dari napi yang sudah dieksekusi mati tersebut.
"Di situlah saya mempelajari ilmu Allah, Al Quran. Sampai saya inget dosa saya ke orang tua, inget dosa-dosa saya dari yang besar sampai yang kecil," terangnya. (mad/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini