Sebelum melakukan pembongkaran polisi tak mau gegabah, mereka terlebih dulu berkonsultasi dengan sesepuh dan para kyai di sekitar lokasi makam yang dikeramatkan itu.
"Tiga makam ini oleh kuncen diklaim merupakan wali zaman dahulu dan dikeramatkan, namun setelah saya lakukan pengechekan kepada sesepuh kampung dan tokoh alim ulama ternyata ini hanya bikinan kuncen, tak ada jenazah di dalam sana yang terkubur," ujar AKP I Djubaedi Kapolsek Cikakak, kepada detikcom sekira pukul 15.49 WIB, Jumat (7/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara kita minta yang membangun makam jadi-jadian ini untuk membongkar sendiri, kita terpaksa melakukan tindakan tegas karena hal semacam ini dikhawatirkan menjurus pada tindakan kriminal seperti penipuan dan lainnya. Apalagi banyak masyarakat di sini yang merasa resah dengan praktik yang dilakukan si kuncen," lanjut Djubaedi.
Sementara ituΒ Agus Miyaso Kepala BKSDA Sukawayana mengiyakan jika lokasi tenpat makam keramat itu berada dalam lingkungan hutan lindung. Petilasan yang juga kerap disebut dengan 'Keramat Batu Kenit' itu bahkan sudah dibongkar beberapa kali oleh pihaknya, namun sang kuncen membandel dan nekat kembali membangun makam di tempat itu.
"Sudah beberapa kali kita melakukan penertiban dan si kuncen ini kita minta buat menandatangani perjanjian, tapi tetap saja mereka nekat kembali membangun di sini. Ini wilayah hutan lindung yang wajib kita sama sama lindungi, bukannya diplesetkan menjadi tempat klenik nanti dikira ajaran sesat," jelasnya.
Pihak MUI sendiri menawari kuncen untuk menjadi penjaga masjid tak jauh dari lokasi makam keramat palsu itu. Meski setuju, sang kuncen yang bernama Supar ini sempat ngotot bertahan dengan alasan kasihan kepada para peziarah yang sering datang ke tempat itu.
"Saya sih setuju buat jagain masjid, tapi gimana nasib yang ziarah kesini," lirihnya, ia mengaku mendapat fee Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu sekali mengantar peziarah.
(dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini