Salah satu yang terancam ditunda adalah Pilwalkot Surabaya. Calon wali kota incumbent Tri Rismaharini memang masih kuat, sejumlah parpol mengakui hal ini. Namun bukannya mencari tokoh alternatif untuk bersaing dengan Risma agar pesta demokrasi terlaksana, namun ketakutan itu membuat sejumlah parpol tak berani mengusung calon.
Salah satu parpol yang sangat menghitung kekuatan Risma adalah Partai Gerindra. Gerindra yang awalnya masuk koalisi Majapahit sampai kini tak jelas bakal mendukung siapa di Pilwalkot Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya Gerindra yang tak punya calon di Pilwalkot Surabaya. Koalisi Majapahit yang awalnya dimotori PKB, Partai Demokrat, Gerindra, PKS, PAN, NasDem, dan Golkar, kini tak mengusung calon sama sekali.
Belakangan koalisi Majapahit pecah, PAN dan PD sempat berusaha mengusung Dhimam-Haries menjadi penanding Risma. Namun Haries menghilang di detik terakhir pendaftaran dan Pilwalkot Surabaya menggantung, sampai kemudian KPU memutuskan memperpanjang pendaftaran calon kepala daerah di 7 daerah yang masih diisi calon tunggal.
Perpanjangan pendaftaran calon kepala daerah tahap tiga sendiri bakal digelar selama tiga hari mulai Minggu (9/8) sampai Selasa (11/8) mendatang. Kabarnya dari 7 daerah tersebut beberapa di antaranya sudah mulai ada pembicaraan koalisi baru untuk menjadi penanding calon yang awalnya hanya sendirian tanpa lawan.
Di Surabaya pun demikian, PAN menegaskan akan mengusung calon penanding Risma. Dhimam Abror kembali didukung PAN di Pilwakot Surabaya, namun pendampingnya belum jelas. Kalau disuruh kembali bersanding dengan Haries Purwoko, Dhimam berpikir 1.000 kali sebelum menjawab setuju. Sampai kini Dhimam masih shock ditengah proses pendaftaran.
"PAN sudah berkomunikasi dengan saya, tetapi saya memang mau break dulu. Kalau dengan Partai Demokrat saya belum komunikasi. Kalau mengusung kembali saya dengan Pak Haries, terus terang saya masih shock," ungkap Dhimam.
Lalu siapa kandidat yang bakal berani muncul ke publik secara ksatria menjadi penanding Risma, dan parpol mana yang benar-benar ingin menyelamatkan Pilkada serentak dengan mengusung calon di pilkada di 7 daerah yang saat ini hanya diisi calon tunggal?
Halaman 2 dari 2











































