Nyaris dua tahun lalu, Jokowi yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta, mengumumkan bermitra dengan Korsel untuk merestorasi Sungai Ciliwung ruas Masjid Istiqlal-Pasar Baru. Nantinya sungai dipercantik sehingga menjadi public space area.
"Ya kalau yang saya lihat di Korea itu kan sungai tengah kota itu kan diporselin, bersih-bersih semuanya. Saya lihat sendiri. Malam hari sungainya bisa dipakai buat jalan-jalan. Kenapa nggak dicontoh? Kemudian kali yang besar pinggirnya bisa dikasih kayu untuk dibuat jogging track. Bagus sekali, kenapa nggak? Saya bolak-balik ke sana memang penanganannya bagus," kata Jokowi usai bertemu Dubes Korsel untuk Indonesia Kim Young-sun pada 4 Januari 2013.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelumnya, pada 3 Desember 2012, dilakukan peletakan batu pertama di halaman Masjid Istiqlal antara Menteri LH RI dan perwakilan Korsel, tanda dimulainya restorasi. Langkah pertama adalah mengeruk dasar Ciliwung yang mendangkal.
Tak salah Jokowi terpesona oleh sungai-sungai di Korsel. Sebab masa lalu sungai di negara ginseng itu ini sama persis dengan di Indonesia yaitu kumuh, dipenuhi sampah, dan bantarannya dihuni tunawisma.
Sejarah Sungai Cheonggyecheon dimulai pada tahun 1958, setelah Perang Korea (1950-1953) dan dilakukan pembangunan besar-besaran. Sungai yang merusak pandangan kota itu ditutupi dengan beton sepanjang 5,6 km selama 20 tahun. Lalu dibangunlah jalan layang 16 meter di atas sungai sebagai sarana transportasi sepanjang 6 km. Tapi lama-lama, banyak pedagang kaki lima liar yang tumbuh di bawah jalan layang dan memicu kriminalitas. Pembangunan ini membuat sungai Cheonggyecheon terkubur.
Pada 2003, Wali Kota Seoul Lee Myung Bak membongkar beton-beton dan jalan layang yang menutupi Cheonggyecheon dan merestorasinya menjadi tempat terbuka yang menyegarkan. Tentu tidak mudah bagi wali kota yang kemudian menjadi presiden itu merealisasikan ide senilai 900 juta dollar itu. Dia hujan kritik. Tapi setelah dibuka untuk publik pada 2005, kawasan sungai itu menjadi destinasi populer bagi masyarakat setempat dan turis. Jika Anda pergi ke Seoul, berkunjung ke Cheonggyecheon harus masuk daftar "Things to Do" Anda.
detikcom mampir ke Sungai Cheonggyecheon atau Cheonggyecheon Stream dalam rangkaian SEA Korea Tour 3-5 Agustus atas undangan Samsung. Hari telah malam, tapi masih banyak orang yang duduk-duduk di sepanjang pinggiran sungai yang letaknya 4,6 meter lebih rendah dari posisi jalan raya. Mereka duduk bergerombol atau berdua-duaan sambil mencelupkan kaki ke air. Musim panas adalah waktu yang pas untuk mencari kesegaran di tempat ini.
![]() |
Aliran itu dilengkapi air mancur dan air terjun plus efek lighting di malam hari. Juga ada bebatuan untuk menyeberang dari sisi sebelahnya dan sejumlah tumbuhan di dinding-dinding sungai yang kokoh. Ada juga sinar laser menari diiringi musik untuk menghibur pengunjung. Bagi yang ingin kongkow murah meriah, tentu tempat ini adalah pilihan yang sempurna.
Pemandangan seperti inilah yang coba diimplemantasikan di Sungai Ciliwung ruas Istiqlal-Pasar Baru.
Dubes Korsel untuk Indonesia Kim Young saat itu menyebut, nantinya di lokasi restorasi tersebut akan dibangun gedung yang fungsinya untuk water treatment atau pengolah limbah. Selain itu juga ada gedung pendidikan untuk memberikan informasi mengenai pentingnya lingkungan hidup.
"Nanti juga akan dibangun jalan-jalan untuk santai, ada penghijauannya juga. Kunjungan 1 tahun bisa lebih 20 juta orang, berarti nanti ini bisa menjadi tempat obyek wisata yang bagus," katanya.
![]() |
Pihak Korsel mengeluarkan dana US$ 9 juta untuk restorasi ini. Sedang Kementerian Lingkungan Hidup RI merogoh Rp 10 miliar. Sedang Pemprov DKI Jakarta tidak mengeluarkan biaya.
"Kami berharap Jakarta bisa seperti Seoul Korsel dan proyek ini jadi contoh sehingga ke depannya Jakarta punya waste water treatment," ujar Ahok tahun 2013 lalu.
Sekarang pertengahan tahun 2015 telah tiba, seperti bagaimanakah wujud Sungai Ciliwung ruas Istiqlal yang coba disulap seperti Cheonggyecheon?
(nrl/nrl)














































