Jalur sutera merupakan jalan legendaris para saudagar, merentang dari Xian di Tiongkok hingga Eropa. Xinjiang merupakan kawasan yang vital dalam jalur perdagangan itu, lantaran letaknya berada di Eurasia.
Untuk Indonesia, karena letaknya berada di lautan, maka dipandang bisa ikut membantu kesuksesan jalur sutera di matra lautan Asia Tenggara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka berbicara dalam kesempatan pertemuan dengan media dari Indonesia dan Malaysia. Pertemuan ini difasilitasi oleh Departemen Informasi Kementerian Hubungan Luar Negeri RRT.
"Kami ingin agar Indonesia dan Malaysia bisa tumbuh bersama dalam hal ekonomi," ujar Wu.
Tiongkok, Indonesia, dan Malaysia diharapkan bisa menjalin jalur ekonomi itu. Soal konsep 'one belt one road' itu sendiri, sebenarnya sudah digagas Tiongkok sejak 2013 olehΒ Presiden Xi Jinping untuk menghubungkan wilayah-wilayah Tiongkok yang dilalui jalur sutera darat dan laut.
Konsep ini mengandaikan wilayah timur dan barat Tiongkok bisa naik bersama-sama. Ada lima rencana utama 'one belt one road' dalam konteks dalam negeri Tiongkok sendiri, yakni pembangunan pusat transportasi, pusat bisnis logistik, pusat finansial, pusat budaya dan sains, dan jaminan kesehatan.
Xinjiang akan menjadi sayap Barat di Tiongkok dalam konsep 'one belt one road'. Itu karena letak Xinjiang adalah berada di perbatasan dengan Rusia, Khazakstan, India, dan banyak negeri lainnya di sebelah barat.
"Itulah sebabnya Xi Jinping menjadikan Xinjiang sebagai salah satu area inti dalam 'one belt one road'," kata Wu.
Dijelaskannya, relasi ekonomi di Xinjiang semakin membaik. Pada tahun 2014, perdagangan Xinjiang senilai USD 119, 7 miliar. Nilai perdagangan ekspor dan impor senilai USD 7 miliar.
Xinjiang punya 20 kawasan industri dan inovasi. Produk-produk dari Xinjiang adalah minyak, minyak mentah, batu bara, gas alam, kapas, hingga saos tomat dan produk agraris lainnya. Kawasan ini adalah produsen kapas terbesar di Tiongkok.
"Para pebisnis lokal Indonesia dan Malaysia, datanglah ke Xinjiang secepatnya dan lakukan bisnis dengan kami," pinta Wu.
Deputi Sekretaris Jenderal Exhibition Center China-Eurasia Expo of Xinjiang, Xiadiya Abulhaiti, menyatakan daerahnya adalah penghasil kapas terbaik di dunia. Terlepas dari produk-produk unggulan Xinjiang, daerah ini punya catatan soal kerjasama dengan Indonesia.
"Tahun kemarin, volume kerjasama bilateral perdagangan yang dikembangkan Xinjiang dengan Indonesia mencapai USD 179 juta," kata Xiadiya.
Meski termasuk daerah dalam kategori 'the most underdeveloped' di Tiongkok, namun dijelaskannya Xinjiang punya rangking GDP sepuluh besar di Tiongkok.
Xinjiang bakal menggelar Eurasia Commodity and Trade Expo 2015 di Ibu Kota Urumqi, mulai 12 hingga 16 Agustus nanti. Mereka menyesalkan mengapa Indonesia tak terlalu aktif mengikuti hajatan ini.
"Kami sangat berterimakasih Malaysia telah menghadiri pameran itu pada gelaran sebelum-sebelumnya. Namun, Indonesia adalah satu-satunya negara yang masih terbatas ikut serta. Padahal Singapura, Malaysia, Vietnam, Laos, dan Kamboja semua menghadiri pameran ini," kata Xiadiya.
Pameran profesional itu diharapkan bisa menjadi ajang interaksi pebisnis dengan pebisnis. Pebisnis garmen, perhiasan, hingga agrikultur akan menghidupkan aktivitas itu.
(dnu/slh)











































