"Kalau bikin NU tandingan atau muktamar luar biasa, itu NU akan pecah. Menghindari kerusakan, itu lebih didahulukan daripada mengambil manfaat," ujar KH Hasyim Muzadi kepada wartawan usai memberi tausiyah di hadapan muktamirin tandingan di Ponpes Tebu Ireng, Jombang, Rabu (5/8/2015).
"Kalau itu terjadi, maka orang lain semakin memecah-belah Nahdlatul Ulama," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cara panitia melakukan kepada peserta, itu sangat tidak pantas, terutama kepada ulama-ulama. Maka sekarang PBNU sudah demisoner, artinya sudah tidak ada lagi PBNU," terangnya.
"Kalau sudah tidak ada PBNU, berarti panitia muktamar juga tidak ada. Kembali kekuasaan berada pada wilayah dan cabang-cabang. Demikian menurut organisasi NU," jelasnya.
Ia menegaskan, masih menunggu apa yang diinginkan pengurus wilayah dan cabang-cabang yang menggelar Muktamar NU tandingan.
"Sekali pun misalnya mereka memenuhi kuorum, saya tidak bersedia, diangkat dipilih menjadi Rois Am. Bukan karena tidak menghormati mereka, tapi karena supaya menjaga NU tidak terbelah," tegasnya.
"Kalau ini terbelah, akibat yang ditimbulkan sangat berat baik untuk Nahdlatul Ulama maupun negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," paparnya.
KH Hasyim memaparkan, menurut aturan organisasi yang bagus, harus ada perundingan di wilayah-wilayah dan cabang-cabang.
"Sambil para elit-elit NU supaya menyadari bahwa masyarakat tidak boleh diperlakukan semena-mena dia memegang kekuasaan," tandasnya. (roi/try)











































