Sekilas tak ada yang berbeda dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah-sekolah lain pada umumnya. Hanya saja area sekolah ini menjadi istimewa karena berada di dalam area Lapas Anak yang kini namanya menjadi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA).
Ada tujuh ruang kelas yang disiapkan untuk KBM para anak yang berkonflik dengan hukum di LPKA ini. Ditambah ruang guru, perpustakaan dan ruang pramuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para siswa mengenakan seragam baru dari atas hingga kaki. Wajah mereka terlihat senang. Sebanyak 185 dari 196 ABH melanjutkan sekolah di sini. Sementara sebelas anak yang tidak sekolah, usianya sudah 18 bulan lebih beberapa bulan.
"Iya, ini baru semua. Sekolahnya juga baru seminggu," ujar Dede (18) siswa kelas IV SMP. Ia sebelumnya pernah mengenyam pendidikan SMP, namun putus tengah jalan sehingga kini kembali mengulangnya.
Ia mengaku begitu senang memiliki kegiatan baru di LPKA. "Saya baru dua bulan dipindah ke sini," katanya. Dede sebelumnya menjalani masa hukumannya di Lapas Bekasi.
Di sana, jangankan sekolah, untuk tidur saja ia harus bergabung dengan orang dewasa lainnya di mana sekamar bisa sampai 60 orang. "Kalau di sini sekamar 14 orang, itu pun satu orang 1 kasur. Enak," tuturnya.
Tak hanya menjalani kegiatan belajar di kelas, anak-anak juga mengikuti kegiatan pramuka dan olahraga seperti sekolah lainnya. Saat Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan Menteri PPA Yohana Yembise mengunjungi sekolah tersebut, anggota pramuka menyambutnya dengan rangkaian sandi semaphore.
"Selamat datang di LPKA Bandung," teriak mereka usai melakukan rangkaian gerak melalui bendera semaphore mereka.
(tya/ern)