Di Muktamar Muhammadiyah 1953, Tidak Ada Calon yang Mau Jadi Ketua

Muktamar Muhammadiyah ke-47

Di Muktamar Muhammadiyah 1953, Tidak Ada Calon yang Mau Jadi Ketua

Muhammad Nur Abdurrahman - detikNews
Selasa, 04 Agu 2015 20:59 WIB
Foto: Ahmad Toriq
Jakarta - Dalam sejarah pemilihan Muktamar Muhammadiyah, pernah terjadi calon ketua pimpinan pusat yang sudah dipilih muktamirin enggan menjabat Ketua Umum.

Peristiwa tersebut terjadi dalam Muktamar ke-32 di Purwokerto, tahun 1953. Ketika itu dari 9 nama yang sudah dipilih muktamirin untuk melakukan musyawarah mufakat memilih Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah Periode 1953-1956.

"Ketika itu, ke-9 nama pengurus pusat yang terpilih tidak ada satu pun yang mau menjadi ketua, akhirnya mereka berangkat ke Padang untuk membujuk Buya Sutan Mansur agar mau menjadi ketua umum dan hijrah ke Jakarta atau Yogyakarta," ujar Dahlan Rais, panitia pemilihan Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang ditemui detikcom di media center muktamar di Menara Iqra, kampus Univ. Muhammadiyah Makassar, selasa (4/8/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Buya Sutan Mansur diketahui menjabat dua periode sebagai ketua umum Muhammadiyah yakni periode 1953-1956 dan 1956-1959. Dalam sejarah Muhammadiyah, kepemimpinan Buya Sutan Mansur melahirkan Khittah Palembang, yang merupakan pokok pikiran arah garis perjuangan Muhammadiyah. Buya Sutan Mansur juga pernah menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan anggota Konstituante dari Masyumi, setelah Pemilu 1955 digelar.

Menurut adik kandung mantan Ketua Umum Muhammadiyah Amien Rais, dalam pemungutan suara rabu besok (5/8), 2568 pemilik suara akan memilih 13 pimpinan pusat dari 39 nama yang sebelumnya dalam sidang tanwir, ahad kemarin (2/8). Pihak panitia juga sudah menyebar ribuan lembar biodata 39 nama calon pimpinan pusat Muhammadiyah periode 2015-2020.

"Besok akan dipilih 13 nama yang akan dijadikan pimpinan pusat oleh 2568 pemilik suara muktamirin, namun setelah ketua umum terpilih jumlah pimpinan pusat masih bisa bertambah seperti periode terakhir kepemimpinan Pak Din ada 18 pimpinan pusat, kelima nama tambahan eksklusif karena tidak dipilih muktamirin," pungkas Dahlan. (mna/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads