Dengan beragamnya perbedaan tersebut, mereka belajar mengenai banyak hal seperti toleransi, kerjasama, semangat persatuan dan juga pengetahuan budaya masing-masing negara. Meski berbeda, mereka saling berbaur satu sama lain. Sesuai dengan temanya, 'wa', dalam bahasa Jepang yang berarti harmoni atau semangat perbedaan.
"Kami bertemu banyak orang yang semuanya menyenangkan. Setiap orang saling bertanya, 'hei kamu berasal dari mana?" kata anggota pramuka asal Canada, Derek (17) di Bumi Perkemahan Kirarahama, Yamaguchi, Jepang, Selasa (4/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua kebudayaan berbeda. Dan ini menakjubkan," katanya.
Anggota pramuka dari Austria bernama Alissa (15), dari Finlandia bernama Rasmus (16), dari Belanda bernama Evi van de Louw (15), serta dari Swaziland bernama mengatakan hal serupa. Mereka selalu penasaran dengan kekhasan negara lain yang tak lazim di negaranya.
"Kami bertukar kontak seperti nomor telepon dan akun sosial media agar dapat selalu terhubung setelah selesai jambore nanti," ujar Alissa (15).
Ketua Jambore Dunia, Joao Armando mengatakan, jambore adalah momen yang tepat bagi para pramuka untuk saling mengenal dan menjalin hubungan pertemanan. Tak hanya untuk saat ini, pertemanan mereka mungkin akan berguna saat mereka dewasa nanti.
"Mereka adalah calon penerus bangsa. Mungkin 20 tahun lagi mereka menjadi pejabat di negara masing-masing," katanya. (khf/mok)