Erwin Maryoto, Vice President Public and Government ExxonMobil Indonesia mengatakan, awalnya ada pegawai yang meminta istirahat lebih awal. Namun mereka tidak diizinkan oleh pihak keamanan. Akhirnya, aksi protes pun muncul sampai terjadi pembakaran, pelemparan dan perusakan fasilitas.
"Sebagian dari mereka ada yang emosi dan kemudian melakukan perusakan bangunan dan kendaraan di sana," jelas Erwin kepada detikcom, Sabtu (1/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di sisi lain, berdasarkan informasi yang dihimpun reporter detikcom di lokasi, para pekerja kecewa dengan pihak manajemen terkait jam istirahat yang pendek. "Banyak aturan yang membuat pekerja harus patuh padahal itu merugikan pekerja," terang salah satu pekerja yang enggan disebutkan namanya.
Saat ini, situasi di lokasi disebut Erwin sudah kondusif. Ada bupati dan pihak keamanan yang menenangkan para pegawai. Belum ada laporan terkait kemungkinan pegawai yang ditangkap atau diamankan polisi. Kemungkinan adanya korban pun belum bisa terkonfirmasi.
"Saya belum mendapat laporan soal itu," terangnya.
Proyek EPC 1 Banyu Urip dikelola oleh ExxonMobil Cepu ltd. Mereka kemudian memperkerjakan kontraktor gabungan bernama Tripatra Samsung. Nah Tripatra Samsung ini kemudian mempunyai sub kontraktor, yakni para pegawai tersebut.
Total pekerja di EPC 1 ada sekitar 8.500 orang. Namun Erwin belum bisa memastikan ada beberapa orang yang terlibat kerusuhan. Dari foto yang dikirim pembaca, terlihat jumlahnya puluhan sampai ratusan.
"Saat ini kegiatan proyek dihentikan dulu, untuk lebih menenangkan karyawan," imbuhnya.
Seperti diketahui, pembangunan fasilitas produksi utama Blok Cepu merupakan paket konstruksi yang dilaksanakan untuk mendukung produksi di sana. Terdiri 5 paket konstruksi yang mencakup fasilitas produksi utama seluas 350 hektar, jalur pipa darat sepanjang 23 Km, menara tambat, dan tanker raksasa di tengah laut untuk penampungan minyak, dan infrastruktur sipil.
(mad/faj)