El Nino adalah suatu gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sekitar equator (equatorial pacific) khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru). Penyimpangan ini akhirnya berdampak penyimpangan kondisi laut hingga terjadi penyimpangan iklim.
Akibatnya di beberapa daerah di Indonesia, khususnya sebelah selatan garis khatulistiwa, terjadi kemarau panjang. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya dalam jumpa pers di Kantor BMKG, Jl.Angkasa, Jakarta Pusat, Kamis (30/7/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daerah-daerah di Indonesia yang berpotensi terkena dampak El Nino 2015 meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Sulawesi Selatan (Sulsel)," lanjutnya.
Andi menjelaskan bahwa Jawa, Sulsel, Lampung, Bali, NTB, dan NTT telah mengalami hari tanpa hujan berturut-turut yang sangat panjang. Wilayah-wilayah tersebut sudah mengalami kekeringan sejak Mei 2015 sesuai dengan pantauan Peta Pemantauan Hari Tanpa Hujan milik BMKG.
"NTB dan NTT telah memasuki musim kemarau sejak Maret 2015 dan diprediksi berlangsung hingga November 2015. Sementara Jawa memasuki musim kemarau sejak April 2015 dan diprediksi berlangsung hingga Oktober 2015," ucapnya.
Ia menuturkan bahwa musim penghujan di awal tahun 2016 di beberapa daerah yang disebutkan di atas yang terkena dampak El Nino akan mengalami kemunduran. Selain itu hal tersebut berdampak pula pada keringnya lahan dan bisa memicu banyak masalah. Musim penghujan yang biasanya terjadi pada bulan Oktober-Februari akan mundur menjadi Februari-Juli 2016.
"Akibat fenomena ini, awal musim hujan di 2016 awal di beberapa daerah akan mengalami kemunduran. Dan berdampak pula pada masa paceklik, kebakaran hutan, ketersediaan air bersih, serta meningkatnya demam berdarah" tutupnya.
(yds/slh)