Profil 4 Ponpes Bersejarah yang Jadi Lokasi Muktamar NU

Jelang Muktamar ke-33 NU

Profil 4 Ponpes Bersejarah yang Jadi Lokasi Muktamar NU

Triono Wahyu Sudibyo - detikNews
Selasa, 28 Jul 2015 12:58 WIB
Foto: Elvan Dany Sutrisno
Jakarta - Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) siap digelar di Jombang, Jawa Timur, awal Agustus 2015. Empat pondok pesantren (ponpes) bersejarah terpilih sebagai lokasi acara. Seperti apa ponpes tersebut?

1. Ponpes Tebuireng
Ponpes ini terletak di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, kurang lebih 8 km dari pusat kota. Pencetusnya adalah pendiri NU, Kiai Hasyim Asyari.

Di sekitar Diwek, Jombang, berdiri sejumlah pabrik milik orang asing pada akhir abad 19 atau era industrialisasi awal. Banyak warga yang bekerja di pabrik, tapi mentalitasnya tidak cukup kuat. Mereka belum terbiasa menerima upah sebagai buruh. Uangnya habis untuk hal-hal negatif. Judi dan minum minuman keras menjadi kebiasaan baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlahan warga kian tergantung dengan pabrik. Mereka menjual tanah demi 'gaya' hidup baru. Kiai Hasyim, panggilan Kiai Hasyim Asyari, merasa terpanggil. Setelah membeli tanah berukuran 6 meter x 8 meter milik seorang dalang, pada 3 Agustus 1899, ia membuka 'sekolah'. Bagian depan dijadikan musala, bagian bekakang jadi tempat tinggal Kiai Hasyim dan istrinya, Nyai Khodijah. Ada 8 santri di awal pendirian ponpes, lalu 3 bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.

Tahun dan abad berganti. Ponpes Tebuireng terus berkembang. Dari lahan kecil, kini ponpes tersebut memiliki sekolah dan universitas. Ada juga koperasi, perpustakaan, dan lain sebagainya. Ponpes ini diasuhkan KH Salahudin Wahid, cucu Kiai Hasyim.

2. Ponpes Darul Ulum
Awalnya, ponpes ini bernama Ponpes Njoso karena terletak di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, Jombang. Namun kemudianΒ  berubah menjadi Darul Ulum yang artinya gudang ilmu. Pendirinya adalah Kiai Tamim Irsyad yang 'hijrah' dari Bangkalan Madura ke Jombang usai menuntut ilmu kepada Kiai Kholil pada akhir abad 19.

Saat itu, Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, masih angker. Banyak penduduk yang masih mempercayai hal gaib. Tantangan itulah yang dihadapi Kiai Tamin. Tepat pada tahun 1885, ia mendirikan pondok pesantren.

Ponpes Darul Ulum mengalami beragam transformasi, baik bentuk maupun sistem. Saat ini, ponpes seluas 42 hektare tersebut memiliki gedung sekolah, universitas, hingga gedung pertemuan.

3. Ponpes Bahrul Ulum
(Foto: Situs Tambakberas.or.id
Ponpes ini dirintis oleh Kiai Abdussalam atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Shoichah di Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang, Jombang, pada tahun 1838. Selama 13 tahun, ia bergelut dengan semak belukar dan membuka lahan. Kemudian ia membuat gubuk dan tempat ibadah sederhana. Karena awalnya jumlah santri hanya 25 orang dan 3 'ruang', rumah itu disebut Pondok Selawe (Pondok 25) atau Pondok Telu (Pondok 3).

Transformasi terus terjadi seiring waktu. Karena desa itu bernama Tambakberas, maka nama pondok juga berubah sesuai nama desa. Tapi pada 1965, berdasarkan kesepakatan santri terpilih dan kiai, nama ponpes diubah menjadi Bahrul Ulum yang artinya lautan ilmu. Ini terjadi di era kepemimpinan Kiai Abdul Wahab Hasbulloh. Saat ini, ponpes yang terletak di utara kota Jombang ini memiliki beragam fasilitas pendidikan.

4. Ponpes Mambaul Maarif
Nama resminya memang Mambaul Ulum, tapi ponpes ini lebih dikenal dengan Ponpes Denanyar. Denanyar adalah nama desa yang terletak 3 km di bagian barat pusat kota Jombang.

Pendiri ponpes ini adalah Kiai Bisri Syansuri atau lebih dikenal dengan Mbah Bisri, ulama kelahiran Jawa Tengah. Ponpes didirikan di era kolonialisasi, tepatnya pada tahun 1917. Di awal pendirian, ponpes tersebut hanya untuk santri putra. Sebab, saat itu tidak lazim ada santri putri mondok. Tak lama kemudian, ponpes mulai membuka diri santri putri.

Perkembangan ponpes cukup pesat. Pada tahun 1923, Kiai Bisri membuka sistem pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) Mambaul Huda yang kemudian berganti nama menjadi Mambaul Maarif. Nah, sejak saat itu, Ponpes Denanyar dikenal dengan nama Mambaul Maarif. Saat ini, ponpes tempat lahirnya mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini memiliki fasilitas pendidikan dan asrama untuk kegiatan keagamaan.



(try/van)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads