1. Ponpes Tebuireng
Ponpes ini terletak di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, kurang lebih 8 km dari pusat kota. Pencetusnya adalah pendiri NU, Kiai Hasyim Asyari.
Di sekitar Diwek, Jombang, berdiri sejumlah pabrik milik orang asing pada akhir abad 19 atau era industrialisasi awal. Banyak warga yang bekerja di pabrik, tapi mentalitasnya tidak cukup kuat. Mereka belum terbiasa menerima upah sebagai buruh. Uangnya habis untuk hal-hal negatif. Judi dan minum minuman keras menjadi kebiasaan baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun dan abad berganti. Ponpes Tebuireng terus berkembang. Dari lahan kecil, kini ponpes tersebut memiliki sekolah dan universitas. Ada juga koperasi, perpustakaan, dan lain sebagainya. Ponpes ini diasuhkan KH Salahudin Wahid, cucu Kiai Hasyim.
2. Ponpes Darul Ulum
![]() |
Saat itu, Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, masih angker. Banyak penduduk yang masih mempercayai hal gaib. Tantangan itulah yang dihadapi Kiai Tamin. Tepat pada tahun 1885, ia mendirikan pondok pesantren.
Ponpes Darul Ulum mengalami beragam transformasi, baik bentuk maupun sistem. Saat ini, ponpes seluas 42 hektare tersebut memiliki gedung sekolah, universitas, hingga gedung pertemuan.
3. Ponpes Bahrul Ulum
![]() |
Transformasi terus terjadi seiring waktu. Karena desa itu bernama Tambakberas, maka nama pondok juga berubah sesuai nama desa. Tapi pada 1965, berdasarkan kesepakatan santri terpilih dan kiai, nama ponpes diubah menjadi Bahrul Ulum yang artinya lautan ilmu. Ini terjadi di era kepemimpinan Kiai Abdul Wahab Hasbulloh. Saat ini, ponpes yang terletak di utara kota Jombang ini memiliki beragam fasilitas pendidikan.
4. Ponpes Mambaul Maarif
Nama resminya memang Mambaul Ulum, tapi ponpes ini lebih dikenal dengan Ponpes Denanyar. Denanyar adalah nama desa yang terletak 3 km di bagian barat pusat kota Jombang.
Pendiri ponpes ini adalah Kiai Bisri Syansuri atau lebih dikenal dengan Mbah Bisri, ulama kelahiran Jawa Tengah. Ponpes didirikan di era kolonialisasi, tepatnya pada tahun 1917. Di awal pendirian, ponpes tersebut hanya untuk santri putra. Sebab, saat itu tidak lazim ada santri putri mondok. Tak lama kemudian, ponpes mulai membuka diri santri putri.
Perkembangan ponpes cukup pesat. Pada tahun 1923, Kiai Bisri membuka sistem pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) Mambaul Huda yang kemudian berganti nama menjadi Mambaul Maarif. Nah, sejak saat itu, Ponpes Denanyar dikenal dengan nama Mambaul Maarif. Saat ini, ponpes tempat lahirnya mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini memiliki fasilitas pendidikan dan asrama untuk kegiatan keagamaan.
(try/van)