Musim Kemarau Membuat Waduk Lalung Karanganyar Kering-kerontang

Musim Kemarau Membuat Waduk Lalung Karanganyar Kering-kerontang

Muchus Budi R. - detikNews
Senin, 27 Jul 2015 15:57 WIB
Dasar waduk yang mengering kini ditumbuhi rerumputan. Warga memanfaatkannya untuk menggembala ternak. (Muchus Budi Rahayu/detikcom)
Karanganyar - Musim kemarau menyebabkan Waduk Lalung di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, mengalami kekeringan. Petani paling merasakan efek buruk bencana ini.

Volume air terus menurun drastis sejak empat bulan terakhir. Hingga akhir Juli ini, waduk tersebut telah sama sekali tidak bisa dimanfaatkan untuk pengairan atau irigasi sawah-sawah di bawahnya.

Di dasar waduk tersebut tinggal tersisa lumpur bercampur sisa air setinggi betis orang dewasa. Itupun tidak seberapa luas. Selebihnya dasar waduk berubah menjadi semak-semak, tempat penggembalaan ternak, hingga menjadi lahan pertanian warga di lokasi yang bisa diairi dengan cara dinaikkan dengan pompa air. Tak cuma itu, sampah-sampah juga terlihat terkumpul di beberapa tempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Margiono, salah seorang warga, memilih memanfaatkan lahan yang dasar waduk untuk menanam padi. Untuk mengairi lahan yang dijadikan tempat menanam padi, dia menyedot sisa air waduk dengan pompa air. Hasil panennya tak diunduh sendiri, tentu saja memberi bagian keuntungan kepada pengelola waduk.

Mengeringnya Waduk Lalung juga dirasakan dampaknya oleh petani lahan irigasi di bawah waduk. Sudah empat bulan terakhir, volume air waduk terus menurun sehingga puluhan hektare padi di lahan tersebut mengalami gagal panen. Kalaupun warga masih bisa memanen padi, itupun hasilnya tidak bisa maksimal karena kekurangan air sejak awal tumbuh hingga masa panen.

"Banyak petani yang tidak bisa panen. Ada juga yang masih mampu memanen padi namun hasilnya tidak bagus," ujar seorang petani setempat, Ngadiyo, saat ditemui Senin (27/7/2014).

Dikatakannya, banyak bulir padi yang kosong. Bagi yang bisa panen, padi yang berhasil dihasilkan itu nilainya jauh di bawah uang yang dikeluarkan petani untuk pengadaan bibit, pupuk, obat dan biaya lainnya.

"Itupun tenaga petani dan waktu menunggu tidak lagi dihitung," katanya. (mbr/rul)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads