"Nggak boleh dong, Raider itu kan untuk menghadapi perang konvensional. Kalau Brimob itu untuk menghadapi kerusuhan-kerusuhan massa," ungkap Fuad saat dihubungi, Minggu (26/7/2015).
Fuad mengakui surat permintaan dari Kapolri tersebut memang ada. Meski belum dibahas lebih lanjut, menurutnya permintaan itu juga tidak akan dikabulkan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Raider kan untuk tentara, bukan tentara biasa lagi. Infanteri biasa juga nggak latihan raider. Masa Brimob dilatih Raider. Raider itu satu tingkat komando," sambungnya.
Sebelumnya beredar surat permintaan Kapolri tertanggal 15 Juli 2015 dengan Nomor B/3303/VII/2015. Dalam surat yang ditandatangani Badrodin itu, dijelaskan permintaan agar Brimob diikutsertakan dalam pelatihan dan pendidikan Raider tahun ajaran 2016 di Pusdiklat Kopassus, Batujajar, Bandung.
Untuk diketahui, Raider merupakan satuan elit infanteri TNI yang memperoleh pendidikan dan pelatihan untuk perang modern, anti-gerilya, dan perang berlarut. Raider merupakan prajurit kekuatan penindak di mana satu batalyon Raider setara tiga kali lipat kekuatan satu batalyon infanteri biasa di TNI Angkatan Darat. Latihan untuk menjadi anggota Raider dilakukan selama 6 bulan. (elz/dha)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini