Pakar Meteorologi Tropis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr Tri Handoko Seto M.Sc, menerangkan bahwa harus ada pencarian informasi terlebih dahulu soal kondisi tanah yang akan digali. Perlu dipastikan ketersediaan air tanah di dalamnya. Selain itu, wajib dicek juga kemungkinan adanya zat-zat berbahaya yang bisa muncul.
"Harus ada data dulu. Kalau di perkotaan misalnya, bila asal ngebor, maka bisa ambles tanahnya," terang Tri saat berbincang dengan detikcom, Jumat (24/7/2015). Data bisa diperoleh di Instansi pemerintahan atau pemeriksaan oleh ahli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena yang terjadi di perkotaan khususnya Jakarta adalah sulitnya air meresap ke dalam tanah. Air langsung mengalir ke sungai lalu mengarah ke laut.
"Jadi ketika hotel atau gedung ngebor di dalam tanah, airnya keambil banyak keisi sedikit. Air di dalam tanah berkurang, lama-lama ambles," jelasnya.
Apa yang disampaikan Tri sudah terjadi di Sawangan, Depok, Jabar. Pemilik rumah bernama Sapril mempunyai sumur di belakang rumahnya. Namun karena kering, dia kembali membuat sumur lagi. Lokasi yang dipilih adalah di depan rumah.
![]() |
Ia kemudian mengebor tanah dengan kedalaman 32 meter bersama ketiga pekerjanya. Berharap akan ada semburan air yang keluar, namun ternyata bukan itu yang ia dapatkan.
Sapril yang sehari-hari menjadi penjual nasi Padang harus pasrah menerima kenyataan bahwa hasil dari 6 jam pengeborannya bersama ketiga pekerjanya malah mengeluarkan gas dan lumpur. Akibatnya, ia dan kedua pekerjanya harus dilarikan ke rumah sakit akibat pingsan karena menghirup gas. (mad/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini