"Kita menuntut Kapolri yang mengatakan ada aktor intelektual itu harus dibongkar," kata Ketua Bidang Hukum dan Perundangan MUI sekaligus Ketua Koordinator Tim Pencari Fakta Penyerangan Tolikara, H Basri Bermanda.
Hal itu dikatakan Basri usai jumpa pers "Pernyataan Sikap Dewan Pimpinan Majelis MUI dan Ormas tentang Tragedi Tolikara" di kantor MUI di Jl Proklamasi, Menteng, Jakpus, Rabu (22/7/2015). Hadir di acara ini sejumlah wakil ormas dan lembaga Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Supaya tidak terulang pemerintah bisa lebih waspada, nanti kita undang aparat terkait termasuk BIN, Menag, Menko Polhukam, kita undang di sini," ujarnya.
Undangan tersebut untuk meminta kejelasan terkait informasi penyerangan di Tolikara. Sebab selama ini banyak informasi yang simpang siur yang beredar di masyarakat. MUI juga akan membentuk Tim Investigasi untuk membantu mengungkap kasus kekerasan ini.
"Ada banyak hal (yang dicari tahu) misalnya kenapa simpang siur yang terbakar musala tapi kita liat TV masjid yang dibakar. Lalu ada yang bilang dibakar dan terbakar, di atau ter ini berbeda nanti kita cocokkan dengan di lapangan," ucapnya.
"Kita mau pembantu Presiden ada koordinasi rapat antar lembaga terkait, kemudian dibicarakan turun ke bawah ada jubir. Jangan semua bicara khawatir simpang siur," tambahnya.
Selain itu, BIN juga diminta untuk berkoordinasi dengan semua intel di jajaran penegak hukum. Masalah ini merupakan tanggung jawab bersama yang harus dicari penyelesaiannya.
"Ini tugas negara, Sutiyoso (KaBIN), Polri, kita hanya mendesak pemerintah agar konflik seperti ini agar tidak terulang," kata Basri.
MUI juga akan mengecek surat edaran larangan salat Id di lapangan yang diduga menjadi pemicu penyerangan di Tolikara karena ada yang mengatakan surat tersebut palsu. Selain itu ada juga yang mengatakan pemicunya masalah tanah yang dikuasai satu kelompok tertentu.
"Itu nanti kita cek dengan MUI di sana," ujarnya.
Sebelumnya Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengisyaratkan bahwa tersangka kasus penyerangan sejumlah warga yang tengah menggelar salat Id di Karubaga, Tolikara, Papua, akan segera ditetapkan. Badrodin juga menegaskan bahwa kemungkinan kekerasan tersebut didalangi oleh seorang aktor intelektual itu ada.
Kesimpulan itu didasarkan sejumlah fakta hukum yang telah ditemukan oleh kepolisian.Β "Ya kemungkinannya kalau kami lihat kronologi waktunya, kemungkinan dari indikasi-indikasi, kemungkinan itu (ada aktor intelektual) ada," kata Badrodin kepada wartawan di Markas Besar Kepolisian RI, Jakarta, Rabu (22/7/2015).
Sementara itu, di Tolikara hari ini pemimpin umat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang dipimpin Ketua Klasis Toli Pdt Yunus Wenda dan Ustad H Ali Muktar mewakili umat muslim, bersalaman. Acara perdamaian digelar di lapangan Koramil Tolikara. Setelah kedua perwakilan umat itu saling menyampaikan kata-kata permohonan maaf lalu bersalaman dan berpelukan.
(slh/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini