Pantauan detikcom, Sabtu (18/7/2015) jalan lintas status jalan Provinsi Sumut itu, ada belasan kilometer aspalnya terkelupas. Kondisi jalan rusak ini pun lantas dimanfaatkan warga untuk mencari uang dengan modus menimbun jalan dengan tanah.
Jalan aspal yang sudah terkelupas ini berada di Desa Marjanji Aceh, Kecamatan Aek Songsongan. Di sepanjang jalan rusak ini, setiap 1 km warga melakukan pungli berdalih memperbaiki jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi banyaknya pungli ini, meresahkan warga yang melintas. Padahal, jalan ini merupakan akses menuju sejumlah kawasan objek wisata alam.
Misalkan saja, lokasi arum jeram di Sungai Asahan, air terjun Ponot serta objek wisata alam lainnya. Jalan ini juga menuju PLTA Asahan yang terkenal terbesar di Asia Tenggara. Ujung dari jalan lintas Asahan-Tobasa ini, adalah Danau Toba.
"Kami heran banyak sekali pungutan tengah jalan. Mereka memintanya ramai-ramai ya akhirnya terpaksa memberi uang juga," keluh Rohman (22) warga Kisaran yang ingin berliburan lebaran di kawasan objek wisata di sepanjang Sungai Asahan itu kepada detikcom.
Selain punglin perbaikan jalan, memasuki wilayah Tobasa tepatnya di Desa Parhetean, di sini ada dua lokasi jembatan yang lagi dalam tahap pembangunan.
Di dua jembatan ini, masyarakat berdalih bahwa jembatan sementara uang ada dibangun swadaya masyarakat, bukan dibangun pemerintah daerah Tobasa.
Di sini, belasan pemuda menghadang semua jenis kendaraan yang akan melintas. Untuk sepeda motor diwajibkan membayar Rp5 ribu, sedangkan untuk mobil dengan nopol Sumut dipatok Rp 20 ribu.
"Untuk mobil di luar Sumut, mereka memaksa meminta sumbangan Rp 30 ribu untuk sekali lewat," kata Didi Kurnia warga Pekanbaru yang lagi mudik ke Sumut.
Banyaknya pungli, membuat masyarakat yang akan berliburan selama lebaran merasa terbebani di jalan lintas Asahan-Tobasa ini. Masyarakat menginginkan sebaiknya pemerintah daerah setempat menertibkan banyaknya pungli.
"Jelas kita berlebaran merasa tidak nyaman. Apalagi jalan ini kan jalur rekreasi alam yang banyak dilalui masyarakat," protes Didi.
(cha/aan)











































